Dampaknya berbagai hotel melakukan strategi, salah satunya berbenah melakukan hal-hal perbaikan. Seperti yang lazim dilakukan adalah memperbaiki kualitas pelayanan.
Menurut Tjokorda Gde Putra Sukawati, anggota dewan penasehat Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, memperbaiki kualitas untuk menarik pelanggan merupakan hal yang bagus, namun kenyataan di lapangan banyak yang tidak melakukan itu.
“Untuk memenangkan persaingan, hotel-hotel di Bali ada yang meningkatkan pelayanannya kepada pengunjung, itu bagus. Namun, kenyataannya lebih banyak yang menurunkan harga untuk merebut hati para wisatawan lokal maupun internasional. Ini yang membahayakan, iklim bisnisnya,” ujarnya kepada KompasTravel, Rabu (20/1/2016), saat dihubungi lewat telepon.
Menurut Tjokorda, ini akan jelas menurunkan kualitas pariwisata di Bali. Bahkan, lanjut Tjokorda, harga kamar paling fantastis yang pernah ditemui ialah tarif di bawah Rp 100.000 untuk hotel sekelas bintang 3. Kasus ini banyak ditemukan di Bali.
“Pertumbuhan hotel di Bali sendiri sejak 2014 memang sangat menjamur, tidak hanya di dekat-dekat pantai atau obyek wisata, namun merata di berbagai kota besar di Bali,” ujar Tjokorda.
Dalam waktu dekat ini, PHRI Bali akan meminta kepada Pemerintah Provinsi Bali untuk mengeluarkan moratorium kembali kepada para pemilik hotel yang ingin membangun. Selain itu, Tjokorda juga mengatakan akan meminta Pemprov Bali serius membangun fasilitas khususnya bandara yang memadai.
“Kita akan meminta pemerintah mengeluarkan moratorium kembali, dan meminta pembangunan infrastruktur secara serius di tahun 2016 terutama landasan pesawat yang menghambat jumlah wisatawan datang ke Bali. Untuk hotel-hotel kita imbau ada kesepakatan untuk tidak menurunkan harga,” kata Tjokorda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.