Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berusia Ratusan Tahun, Tarian Linda Masih Bertahan di Buton

Kompas.com - 14/03/2016, 22:39 WIB
Defriatno Neke

Penulis

SEORANG lelaki tua bergerak menari-nari dengan gemulai. Kain selendang yang digenggamnya bergerak naik turun, seakan-akan menari mengikuti irama gong dan gendang yang dipukul dua orang secara perlahan-lahan.

Beberapa warga dengan mengenakan baju adat duduk mengitari lelaki yang sedang menari dengan selendang. Beberapa orang mengeluarkan senandung nyanyian mengikuti suara gong dan gendang.

Tak lama menari, lelaki tersebut berhenti, kemudian duduk dan memberikan selendang kepada orang lain. Orang tersebut setelah menerima selendang, kemudian berdiri dan kembali menari lagi.

Lelaki tersebut menari sendiri tanpa didampingi orang lain. Tarian ini dalam adat suku Buton Cia-cia Desa Wabula, Kecamatan Wabula, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, disebut sebagai tarian Linda.

“Tarian Linda ini hanya ditarikan hanya satu orang saja. Tarian ini sudah ada sejak abad ke 8, sejak ratusan tahun lalu dan turun temurun hingga saat ini. Di desa ini masih tetap ada tarian ini,” kata seorang tokoh adat Desa Wabula, La Gapu, Senin (14/3/2016).

Menurut La Gapu, tarian tersebut bukan hanya bergoyang saja, namun tarian tersebut mempunyai makna tentang perjalanan hidup manusia di bumi. Tarian ini mengingatkan akan tarian cungka yang juga menceritakan tentang perjalanan manusia sejak dari dalam rahim hingga lahir ke dunia.

“Tarian Linda ini juga menceritakan pengenalan sopan santun seperti yang muda hormati yang tua. Selendang yang dipegang itu penari harus diberikan secara bergantian. Selendang itu kiasan tentang rahasia manusia,” tuturnya.

Terlihat satu persatu, secara bergantian, para tokoh adat yang mengenakan jubah baju adat Buton, maju ke tengah dan menarikan tarian Linda dengan indahnya.

Tarian ini berhenti ketika tetua adat menyerahkan selendang tersebut ke imam Masjid.

“Kalau dilhat, memang tarian ini membosankan. Namun yang dipelajari adalah syair yang dinyanyikan lebih mendalam tentang kehidupan manusia. Jangan lihat tarian dari luarnya tapi lihat tarian dari maknanya,” ucap La Gapu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com