Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gus De Bangga Menjadi Warga Sanur

Kompas.com - 26/05/2016, 16:11 WIB

Sanur Village Festival

Gus De kemudian mendorong regenerasi dengan melahirkan para penerus. Ia pun mendapatkan ide melahirkan Sanur Village Festival (SVF) sebagai wadah untuk merangkum semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang tua di kawasan itu, untuk bersama terlibat mengembangkan Sanur.

Warga menyiapkan tema tahunan. Tarian, gamelan, sendratari, permainan, musik tradisional, musik modern, kuliner, dan sejumlah permainan juga digerakkan. Puluhan juta rupiah dari kantong Gus De diberikan untuk pelestarian Sanur.

Kebetulan, SVF lahir bersamaan dengan tragedi bom di Kuta pada tahun 2005 yang menghantam industri pariwisata Bali. Gus De ingin kesedihan ini tak berkepanjangan. Sanur tetap bisa dan harus bangkit sehingga pariwisata harus bisa berwarna lagi.

Ia sempat dicibir karena SVF dimunculkan saat sepi wisatawan. Namun, bagi Gus De, festival itu justru membuka peluang dan momentum untuk menggaungkan semangat warga Bali yang kuat dan bersatu.

Acara demi acara budaya, seni hingga pentas, serta permainan disusun. Kepolisian dirangkul untuk menjamin Sanur dan Bali tetap aman dan nyaman. Sejumlah kamera perekam di beberapa wilayah dipasang. Yayasan menjadi payungnya.

”Ini upaya pelestarian tradisi agar masyarakat juga tidak frustrasi serta mendukung pariwisata. Astungkara, SVF mendapatkan respons luar biasa. Ini benar-benar menjadi semangat tahun-tahun berikutnya. Dan, 10 tahun agenda tahunan berjalan lancar,” ujar.

Anggaran pribadi Gus De memang terkuras beberapa tahun awal untuk membangun SVF. Tetapi, semua itu sepadan dengan kebanggaan bahwa masyarakat bisa terlibat dalam kegiatan itu. Banjar-banjar berebutan ingin tampil. Tradisi mulai mendarah daging kembali dan kebanggaan sebagai warga Sanur kembali membara. Kini, SVF sudah menghidupi dirinya sendiri.

”Yayasan sudah mandiri anggarannya untuk SVF sejak lima tahun terakhir. Keberadaan saya tinggal mengarahkan saja. Ini jerih payah seluruh masyarakat yang bersedia ngayah (gotong royong tak dibayar),” kata Gus De.

Pembangunan karakter

Tidak hanya urusan tradisi seni dan budaya, yayasan juga mendorong pembangunan karakter melalui sekolah. Pengalaman Gus De belajar dan merasakan disiplin di luar negeri diterapkan di kampung halamannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com