Bagi Aekanu, seblang mengandung kompleksitas seni yang utuh berupa teater, gerak, tari, nyanyi, dan kriya.
Laku menghormati leluhur itu tak hanya tecermin pada seblang. Tepat pada hari kedua Lebaran, warga Using di Desa Kemiren mengadakan barong ider bumi. Selalu ada pelaku yang setia, kali ini pemilik barong, Sapii (75). Di rumah Sapii, barong tua disiapkan. Abu bakaran kemenyan tersisa di bawahnya.
Diiringi musik, barong—dengan iringan tarian, pemusik, warga berpakaian adat, dan perempuan berkain batik tua peninggalan nenek mereka—berpawai di jalan utama desa. Di Kemiren, barong ider bumi semarak sejak 1999.
”Semula, hanya barong yang memutari desa diiringi alat musik dan berjalan terbirit-birit. Kadang motor lewat, mereka terpaksa minggir. Padahal, ini untuk keperluan masyarakat Using,” ujar pemilik Sanggar Genjah Arum, Setiawan Subekti yang ikut ambil bagian menyemarakkan barong ider bumi.
Berbagai atraksi ditambahkan.Jalan yang dilalui pawai ditutup dan giliran kendaraan yang mengalah. Doa pun dihaturkan dengan cara berbagai agama.
Bagi sesepuh adat Desa Kemiren, Adi Purwadi, maraknya pawai barong untuk mengangkat harkat tradisi dan agar masyarakat menjaganya. Namun, ritual itu sebagai penolak bala tak berubah. Pada barong juga diyakini roh hadir.
Di desa-desa orang Using yang terbuka dengan jalan aspal mulus dan hanya 15 menit dari pusat kabupaten, tradisi tetap dapat dipelihara, berdampingan dengan berbagai perubahan. Wujud masyarakat agraris yang tak ingin melupakan roh yang akrab, leluhur. (Indira Permanasari/Siwi Yunita Cahyaningrum)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.