Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lydia Malinda, Menjaga Harkat Tenun Sasak

Kompas.com - 20/07/2016, 11:52 WIB

Tak sepi

Lydia kini memiliki 20 penenun yang dia bina secara langsung. Mereka khusus mengerjakan tenun berbahan benang sutra dan benang emas dengan produksi 20-25 lembar songket dan 100 lembar tenun per bulan. Pasar atau pembeli mereka tidak pernah sepi. Pesanan kerap membanjir sehingga mereka kewalahan melayani akibat tenaga yang terbatas.

Sebelumnya, Lydia membina 52 penenun Sasak. Hingga suatu hari, dia mendorong dua penenunnya untuk mandiri dan mengambil alih pembinaan terhadap 30 penenun lainnya. Dengan berkurangnya penenun binaan, Lydia lebih fokus melatih 20 penenun menjadi spesialis tenun sutra dan benang emas.

Selain itu, dia menjadi lebih fokus menangani pemasaran. Sebab, persaingan yang dihadapi tenun sasak makin ketat. Selain bersaing dengan sesama pengumpul, dia harus melawan gempuran tenun dari luar yang membanjiri pasar wisata di Lombok. Harga tenun dari luar ini sangat kompetitif, Rp 50.000 hingga Rp 150.000 per lembar.

Selain mengandalkan pemasaran lewat gerai di Dusun Bun Mudrak, Lydia juga menjaring konsumen lewat etalase daring di dunia maya. Para penenun binaannya juga didorong menerobos pasar lewat kegiatan pameran di kabupaten, provinsi, serta di tingkat nasional.

Energi Lydia seakan tak pernah habis. Tak hanya mengurus penenun, produksi, dan pemasaran, dia juga mengajar di sekolah menengah pertama. Di luar aktivitas itu, dia tak pernah absen mengurus Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Tunas Mandiri yang didirikannya sejak 1995.

Di PKBM inilah dulu dia mengentaskan penenun dari buta huruf dan meningkatkan taraf pendidikannya. Dia mengajari mereka mengelola keuangan keluarga dan hasil penjualan kain tenun hingga membangun koperasi simpan pinjam untuk membantu permodalan penenun.

Semua yang digiatkan Lydia itu tak mudah dan tak murah. Namun, dia telah membuktikan, tenun tak sekadar kain adat, melainkan alat mencapai kemandirian ekonomi bagi perempuan Sasak. (Runik Sri Astuti/Irma Tambunan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com