Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerajinan Besi Putih Morotai

Kompas.com - 23/10/2016, 16:03 WIB

”Penjualannya tidak hanya di Morotai. Konsumen bisa menemukan hasil kerajinan hingga Ternate dan Halmahera. Saya pernah membawanya hingga ke beberapa kota besar di Jawa saat diundang pameran kerajinan. Laku keras,” katanya.

Iqram sadar, kebiasaan menggunakan besi putih dari perkakas peninggalan Perang Dunia II sangat berisiko. Semakin banyak kerajinan dibuat, rentan mengurangi artefak bersejarah. Jika dibiarkan, Morotai akan kehilangan identitasnya.

Pemikiran itu kontras dengan sikap pengusaha era Orde Baru yang dituding warga setempat menghilangkan sejarah Morotai besar-besaran. Pertengahan tahun 1950-an, banyak peninggalan perang dipotong dan diangkut ke Pulau Jawa untuk dilebur menjadi industri raksasa.

Alternatif

Saat ini, hanya ada tersisa dua kendaraan amfibi jenis Landing Vehicle Tracked Mark 2 milik Amerika Serikat yang teronggok di Desa Gotalamo, Morotai Selatan. Keduanya seperti menjadi saksi bisu pendaratan Sekutu di pulau yang bisa ditempuh 45 menit dengan pesawat terbang dari Ternate, ibu kota Maluku Utara.

Iqram memutar otak. Bahan besi putih harus ia dapatkan tanpa harus merusak sejarah. Dia mendapatkan jawabannya di Filipina, negara tetangga, yang bisa ditempuh 2,5 jam menggunakan perahu cepat dari Morotai.

”Saya berencana menggunakan besi putih bekas kapal-kapal asal Filipina. Saya yakin, cara itu membuat peninggalan sejarah di Morotai tetap terjaga dan kerajinan besi putih tetap menghidupi warga,” katanya.

Bukan kali ini saja, Iqram penuh harap besi putih bisa terus abadi. Keinginannya pernah membuncah saat Pemerintah Indonesia menggelar Sail Morotai periode Juni-September 2012.

Kehadirannya memberi angin segar meski kesejukannya seperti tak terasa lagi. Selain hadir jalan raya mulus dan luas, hingga amphiteater mewah, kerajinan besi putih pernah memikat wisatawan. Kalung, cincin, hingga cendera mata senjata tajam laris manis.

Iqram menyatakan mendapatkan omzet terbesarnya pada kesempatan itu, pernah mencapai Rp 5 juta dalam acara puncak, 15 September 2012. Pada tanggal itu, Sekutu menginjakkan kaki di Morotai, 68 tahun sebelumnya. Iqram bahkan mendapat bonus.

Dia diminta membuat pelat nomor mobil RI 1, RI 2, beberapa menteri kabinet, dan tamu undangan penting. ”Semalaman saya tidak tidur membuat pelat nomor itu. Sampai ditunggu oleh Pasukan Pengamanan Presiden karena mau langsung dipakai Presiden,” katanya bangga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com