Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berani Tak Pakai Sabun Mandi dan Pasta Gigi di Baduy Dalam?

Kompas.com - 02/11/2016, 11:59 WIB
Josephus Primus

Penulis

Sejak itulah, Baduy lebih populer alias dikenal meluas baik di dalam maupun di luar negeri. Padahal, anggota komunitas di Kanekes justru lebih menyebut diri sebagai "Urang Kanekes" atau orang Kanekes.

Total ada 56 kampung di Desa Baduy dengan jumlah penduduk sekitar 8.000 jiwa. Tiga kampung di antaranya yakni Cikeusik, Cibeo, dan Cikertawana dihuni oleh orang Baduy Dalam. Setiap kampung dipimpin seorang puun dan wakilnya yang disebut jaro.

Masing-masing puun ini memiliki peran berbeda. Puun Cibeo mengurusi pertanian, Puun Cikeusik mengurusi keagamaan, dan Puun Cikertawana bertanggung jawab untuk urusan kesehatan atau obat-obatan. Tanggung jawab itu berlaku secara kolektif untuk ketiga kampung tersebut.

Selebihnya, ada 53 kampung, berisi orang Baduy Luar. Baduy Luar sering disebut kampung panamping atau pendamping yang berfungsi menjaga Baduy Dalam.

Sehari-hari, lelaki Baduy Dalam mengenakan pakaian dan ikat kepala putih. Adapun para lelaki Baduy Luar menggunakan baju hitam dan sarung selutut berwarna biru tua bercorak kotak-kotak. Ikat kepala mereka berwarna biru.

Kaum perempuan, baik Baduy Dalam maupun Luar, menggunakan sarung batik biru, kemben biru, baju luar putih berlengan panjang. Para gadis menggunakan gelang dan kalung dari manik.

Ada perbedaan mencolok antara Baduy Luar dan Baduy Dalam. Orang Baduy Luar diperkenankan oleh adat istiadat untuk berkendara saat melakukan perjalanan.

Seniman Jodhi Yudhono ketika melantunkan musikalisasi puisi pada perhelatan "Rayakan Perbedaan Baduy Kembali" di Bentara Budaya Jakarta, Rabu (6/4/2016) silam, menyebut bahwa warga Baduy Luar sudah mengenakan celana jins, kaus sepak bola, hingga memanfaatkan ponsel cerdas. (Baca: Bercerita tentang Baduy Masa Kini Lewat Musik).

Sementara itu, bertolak belakanglah kehidupan warga Baduy Dalam. Mereka setia berjalan kaki tatkala melakukan perjalanan. Kejujuran selalu berada di barisan terdepan kehidupan warga Baduy Dalam.

Serentetan kearifan lokal pun masih setia dijalankan warga Baduy Dalam. Selalu ada penolakan mencemari lingkungan yakni tanah dan air. Warga Baduy Dalam bahkan tidak menghisap rokok.

Di dalam kehidupan warga Baduy Dalam, pikukuh atau aturan adat adalah harga mati. Mereka, misalnya, tak akan mau menyantap jenis makanan yang tidak dimakan nenek moyang mereka.

Ya, kebiasaan yang tak dijamah oleh nenek moyang mereka pun pantang dijalankan. Barang siapa melanggar aturan adat bakal menanggung sanksi tegas, dipecat sebagai warga Baduy Dalam!

Orang Baduy percaya bahwa mereka adalah keturunan Batara Cikal, satu dari tujuh dewa yang diutus dari langit ke Bumi. Batara Cikal, bagi orang Baduy acap dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama. Tugas Adam dan keturunannya, termasuk orang Baduy, adalah bertapa untuk menjaga harmoni dunia.

Kepercayaan orang Baduy adalah penghormatan pada roh nenek moyang dan kepercayaan kepada satu kuasa yang dinamakan Nu Kawasa. Keyakinan mereka sering disebut dengan Sunda Wiwitan.

Orientasi, konsep-konsep, dan kegiatan-kegiatan keagamaan ditujukan kepada pikukuh (aturan adat) agar orang hidup menurut alur itu dan menyejahterakan kehidupan Baduy dan dunia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com