Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PHRI Papua Gandeng Masyarakat Adat Kelola Obyek Wisata

Kompas.com - 17/11/2016, 15:43 WIB

JAYAPURA, KOMPAS.com - Pengurus DPD Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Papua tengah berusaha menggandeng masyarakat adat untuk mengelola obyek wisata yang ada di kawasan mereka.

"Dengan para pemilik hak ulayat di daerah wisata, kami ingin bekerja sama untuk membuat wisata kampung. Jadi PHRI ingin bekerja sama untuk mempromosikan," ujar Ketua DPD PHRI Papua Sahril Hasan, di Jayapura, Kamis (17/11/2016).

(BACA: Selain Raja Ampat, Ini 6 Tempat Wisata di Papua yang Indah)

Ia menilai selama ini sudah banyak usaha yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk memajukan obyek wisata di Jayapura, hanya hingga kini belum memberikan hasil yang maksimal.

"Obyek wisata ini sudah lama ada tapi tidak pernah dikelola secara bisnis, sampai kapan pun kalau ini tidak dikelola secara bisnis tidak akan pernah maju," katanya.

(BACA: Menginap di Kamar Seharga Rp 2 Juta Per Malam di Pegunungan Tengah Papua)

Sahril mengaku bahwa sebelumnya PHRI telah mengomunikasikan hal ini dengan pemerintah daerah dan pemilik hak ulayat agar ke depan tidak ada benturan lagi.

Menurutnya dengan perkembangan jumlah tamu yang mengisi perhotelan di Jayapura, potensi pengunjung obyek wisata sangat tinggi, dan hal tersebut yang coba dikomunikasikan PHRI dengan para pemangku kepentingan.

BARRY KUSUMA Festival Lembah Baliem di Kabupaten Wamena, Papua, berlangsung 6-8 Agustus 2015.
"Dengan jumlah hotel yang terus bertambah, kini sudah 54 hotel dan jumlah kamar hampir 2.000, setiap harinya terisi sekitar 1.000 kamar. Minimal tamu-tamu yang berkunjung ini bisa datang ke tempat wisata yang ada, harapannya nanti tamu yang kita bawa bisa makan di sana," ujarnya.

Bahkan PHRI berminat untuk membantu membangunkan penginapan yang nantinya akan dikelola oleh para pemilik hak ulayat.

"Kami juga merencanakan setiap masyarakat yang punya rumah kita buat penginapan. Yang membuat PHRI, tapi yang menjaga dan mengelola masyarakat setempat, kita tinggal sharing pendapatan saja," tambah Sahril. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Travel Update
19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

Travel Update
Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com