Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyapa Satwa dan Alam Puncak

Kompas.com - 25/01/2017, 10:06 WIB

KICAU burung dan lenguh binatang liar sahut menyahut membentuk irama alam pegunungan di kaki Gunung Gede, Cisarua, Bogor, Jawa Barat.

Ditingkahi polah satwa liar meminta makanan. Rintik hujan pada bulan Januari pun menambah syahdu suasana teduh di tengah rimbun pepohonan.

Satwa liar dan alam pegunungan begitu menyatu di Taman Safari Indonesia (TSI) ini. Ya, taman marga satwa ini tak pernah pudar sebagai tempat wisata alam favorit di kawasan Puncak, Bogor.

Kemacetan sudah pasti harus dihadapi saat akan berwisata ke Puncak. Pastikan mengikuti informasi pemberlakuan sistem satu arah di Traffic Management Center Polda Metro Jaya yang dapat diakses di Twitter.

(BACA: Ini Toge Goreng Legendaris yang Diboyong Jokowi ke Istana Bogor)

Sekali diterapkan, arus kendaraan ke Puncak atau ke arah Jakarta bisa ditutup selama enam jam penuh.

Jika tak ingin repot mencari informasi, alternatifnya berangkat ke Puncak pada Jumat malam sebelum akhir pekan Sabtu dan Minggu. Tak ada salahnya bermalam di Puncak untuk mendapatkan suasana Puncak pada pagi hari tanpa tersandera kemacetan di tol ataupun di jalur Puncak.

Bahkan, pada musim hujan seperti sekarang, suasana Puncak masih memikat. Kabut tebal masih akrab merambati pepohonan dan permukiman di lereng bukit.

Karena loket masuk TSI baru buka pukul 09.00, kita bisa mengisi pagi hari dengan sarapan bubur ayam Cianjur. Warung bubur ini dapat dijumpai di pinggir jalan menuju TSI.

Oh ya, setelah sarapan bubur, jangan lupa membeli wortel sebagai pakan satwa di dalam TSI.

(BACA: Wisata Super Murah di Bogor, Keliling Jalur Pedestrian Baru)

Tiga ikat wortel dijual Rp 10.000. Makanan ini bisa membuat interaksi dengan satwa secara lebih dekat. Tentunya ini tidak berlaku untuk satwa liar buas, seperti macan.

Sejak dibuka pada 1986, koleksi satwa TSI terus bertambah hingga sekarang. Saat pertama dibuka, koleksi satwa hanya 100 spesies dengan jumlah satwa 400 ekor.

Namun, sekarang, area TSI menjadi 180 hektar dan memiliki koleksi satwa 300 spesies dengan jumlah satwa sekitar 3.000 ekor.

Hampir setiap tahun ada satwa pendatang baru di taman ini. Selain sebagai taman marga satwa, TSI juga mengemban misi konservasi satwa. Hingga 2016, taman ini menghadirkan satwa baru Liger atau Lion Tiger yang tidak lain percampuran singa dan harimau.

Sesungguhnya, TSI tidak berkenan perkawinan silang di antara kedua satwa ini dengan alasan konservasi. Satwa ini pun hadir di TSI setelah diselamatkan dari rumah seseorang yang memeliharanya secara ilegal.

Sudah hampir setahun ini, pengunjung bisa berkenalan dengan penguin yang dapat dijumpai di area rekreasi. Di rekreasi itu terdapat pusat primata dan reptil yang bisa menggugah keingintahuan kita akan satwa liar.

Namun, seperti biasanya, ritual berwisata di TSI tak bisa lepas dengan berkeliling di area safari yang dapat dinikmati menumpangi mobil pribadi ataupun bus yang disediakan di TSI.

Pada dasarnya, semua satwa di taman ini liar. Namun, sebagian dari satwa itu telah terbiasa dengan kehadiran pengunjung, seperti lama, antelope, dan rusa.

Satwa herbivora ini biasanya sudah akrab dengan kehadiran kendaraan pengunjung. Dengan senang hati, mereka menyodorkan mulutnya ke jendela-jendela mobil sebagai tanda meminta makanan, yakni wortel.

Bahkan, kuda nil, binatang buas yang dikenal kerap menyerang manusia di alam liar ini, dengan manjanya bersender di pinggir kolam untuk menerima lemparan wortel dari pengunjung.

KOMPAS/MADINA NUSRAT Tingkah polah berbagai macam burung dapat dijumpai di area Bird Aviary, Taman Safari Indonesia, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (14/1/2017).
Untuk keamanan pengunjung, umumnya satwa ini tetap dikawal pengawas satwa.

Beruang madu, yang dikenal sebagai binatang buas, juga dengan senang hati menangkap wortel dari pengunjung.

Meskipun pengunjung diperbolehkan memberikan makan ke satwa, Julius dari Humas TSI mengingatkan agar tidak melempar makanan selain wortel. Apalagi melempar botol air mineral, itu dilarang keras.

”Setiap hari ada saja pengunjung yang melemparkan botol air mineral ke satwa. Ini sangat membahayakan satwa,” kata Julius.

Saat melintasi area satwa buas, jangan pernah mengeluarkan anggota badan dari mobil, seperti di area macan ataupun singa. Binatang-binatang buas itu senantiasa agresif.

Cukup amati tingkah lakunya dari balik kaca mobil. Macan kumbang yang memiliki kebiasaan memanjat pohon juga menarik untuk diamati.

Setelah bersafari, giliran menjumpai satwa lucu dan masih berusia anak-anak di Baby Zoo. Di area ini, kita dapat berfoto bersama anak macan dan anak orangutan.

Untuk menghormati kebebasan satwa itu, kini pengunjung dilarang memangku mereka. Cukup berfoto dengan anak-anak satwa itu dalam jarak dekat.

KOMPAS/MADINA NUSRAT Kolam penguin di Taman Safari Indonesia, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (14/1/2017), menambah wawasan akan kekayaan satwa dunia.
Di area itu juga tersedia taman burung Bird Aviary yang dirancang interaktif. Taman ini tidak lain sangkar besar yang di dalamnya terdapat berbagai macam burung dan pengunjung dapat mengamatinya secara langsung.

Di area Baby Zoo, pengunjung juga bisa melihat macan putih dengan dekorasi Taj Mahal, Australian Outback dengan satwa kanguru dan lemur, serta pusat informasi tentang kucing besar atau Big Cat Center.

Tak hanya itu, TSI juga dilengkapi area rekreasi yang menyajikan area interaksi dan atraksi gajah, kolam renang Safari Water Park, rumah penguin, hingga rumah bekantan yang merupakan primata endemik Kalimantan.

Menginap lebih seru

Rasanya sehari tak cukup mengunjungi setiap wahana di TSI. Apalagi, di TSI kita juga dapat menjumpai air terjun yang terpelihara keasriannya.

Cukup berjalan kaki sejauh 100 meter sedikit menanjak dari tempat parkir, pengunjung bisa menjumpai Air Terjun Jaksa.

Ada beberapa tempat makan di TSI. Salah satunya Safari Kuring yang menyajikan makanan khas Sunda, seperti ikan pepes, ayam goreng, lengkap dengan lalap dan sambal.

Jika ingin menikmati keriuhan suara satwa pada malam hari, bermalamlah di penginapan Caravan di dalam TSI. Penginapan berupa mobil caravan itu dapat menampung hingga empat orang.

Berwisata di taman marga satwa di kaki Gunung Gede ini benar-benar menyegarkan.... (MADINA NUSRAT/RATIH P SUDARSONO)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 Januari 2017, di halaman 28 dengan judul "Menyapa Satwa dan Alam Puncak".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com