Feonaldi Indrawan, Deputi Marketing Director Avian Brand, mengungkap perusahaannya menyumbang sedikitnya 5.000 liter cat beragam warna cerah, dominan merah, kuning, dan hijau, untuk mengecat dinding rumah, pagar, hingga jembatan dan jalanan.
"Konsepnya sesuai dengan semangat kita, memberi dampak positif dan meningkatkan ekonomi kerakyatan. Memajukan pencapaian pembangunan. Jadi jagalah kebersihan dan keindahannya," kata Feonaldi.
Sebanyak 235 bangunan di 5 RT jadi target pewarnaan. Pengecatan juga sampai ke dermaga kecil tempat kapal nelayan dan kapal klotok mengangkut penumpang. Penampilan kapal-kapal tidak kalah bersolek. Semuanya tampak semarak penuh warna cerah.
Sementara itu, obyek hutan mangrovenya sendiri sudah ada secara alami. Hutan bisa disusuri selama 3 jam perjalanan dengan kapal klotok. Peminatnya masih minim sebelumnya.
Kelompok Sadar Wisata Teluk Seribu mengawali dengan presentasi keindahan alam Sungai Manggar ke Kantor Pariwisata Balikpapan pada November 2016 lalu. Mereka berharap, Pemkot campur tangan turut membantu menaikkan kunjungan wisatawan.
"Dengan harapan bisa meningkatkan pendapatan warga," kata Firdaus, Ketua Pokdarwis Teluk Seribu.
Gayung bersambut, pemerintah mau mengembangkannya. Diawali dengan mewarnai rumah-rumah, memberi lukisan, dan menjadikan kawasan sebagai pintu gerbang menuju obyek wisata hutan bakau ini.
Kampung Kumuh
Kampung atas air di muara Sungai Manggar ini padat rumah penduduk. Bangunannya dari kayu ulin, rampat, dan tiap gang begitu sempit.
Penduduknya beragam etnis dengan mayoritas bekerja sebagai nelayan tangkap di laut dan sebagian lagi bertani atau menggarap kebun karet.
Kebiasaan ini sempat berlangsung lama. "Di sini masyarakat sulit mengerti (kebersihan). Buang sampah begitu saja (di laut). Dulunya kumuh sekali," kata Mukhlis Sukarno, Ketua RT 3.
Wajah kampung kini berubah dari suram jadi cerah. Seiring dengan perubahan itu, kunjungan wisatawan lokal meningkat. Warga melihat peluang bisnis dari kehadiran wisatawan dadakan. Warga kampung pun perlahan mulai berubah.
"Kesadaran pelan timbul, dimulai dari ajakan kelompok sadar wisata ini. Warga mulai tidak membuang sampah sembarangan," kata Firdaus.
Warga menyadari kebersihan bisa mendatangkan rezeki. Pengunjung bisa merasa betah di sana dan jualan mereka bisa makin laku.
"Penghasilan rata-rata warga di sini di bawah UMK. Ini adalah kesempatan mengubah nasib. Itu pula yang mengubah warga lebih teratur," kata Mukhlis.
Firdaus menceritakan, kampung di tepi sungai itu memiliki kejayaan wisata lokal di masa lalu. Dulunya ada lomba perahu naga, lomba renang menyeberangi sungai, hingga perdagangan kampung begitu hidup. Teluk Seribu diharapkan bisa mengembalikan kejayaan masa lalu itu.
"Waktu sekolah pada 1990-an, itu masa emas kawasan ini. Ini pula yang ingin anak muda di kampung ingin hidupkan," tambah Firdaus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.