Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dusun Sembagik, Banyak "Tidak Boleh"-nya

Kompas.com - 29/03/2017, 08:40 WIB

Pemahaman itu terlihat pada permukiman milik 99 kepala keluarga yang berada di dataran tinggi dengan dinding dataran dipasangi batu bersusun (perigi).

Tempat tinggal mereka terdiri dari rumah panggung yang ada berugak (balai-balai bertiang empat) dan sekenem (bertiang enam), lumbung hasil bumi, masjid dan rumah jabatan amak loka’ (pemangku adat), sehingga total bangunan ada 99 unit.

Material bangunan rumah berupa tiang kayu, berdinding bambu, dan beratap ilalang.

”Inilah kampung tradisional yang asli, dilihat dari ruang hunian yang tertata rapi, material bangunan memakai kayu dan bambu. Di kampung tradisional lain sudah ada bangunan permanennya,” ujar Aying Tahrir, Ketua Persatuan Usaha Taman Rekreasi Indonesia NTB.

Kampung seluas 2 hektar ini masuk kawasan hutan adat seluas 11,441 hektar. Dalam luasan itu ada area hutan yang pohonnya boleh diambil untuk kayu bakar, khususnya pohon kayu yang tumbang dimakan usia atau akibat bencana alam.

”Kalau ini sekenem, tempat menerima tamu dan kalangan laki-laki tidur di malam hari,” ujar Sukati menunjukkan sebuah bangunan.

Bangunan itu berupa rumah panggung berukuran 4 x 4 meter. Ruangan jadi sempit karena dibagi untuk tempat tidur, dapur, serta ”gudang” peralatan dan perabot rumah tangga.

Karena itu, dipandang kurang etis jika dalam satu keluarga yang memiliki anak remaja lelaki dan perempuan tidur dalam satu ruangan.

Warga kampung yang hidup agraris, sepanjang hari mengurus ladang, memiliki strategi mitigasi bencana kebakaran. Yakni, membangun lumbung terpisah dari rumah. Bila terjadi kebakaran saat mereka sedang di ladang atau tidak di rumah, lumbung mereka aman dari api.

Orang-orang dewasa pulang menjelang magrib. Wajarlah jika Minggu siang itu hanya tampak satu-dua laki-laki dan perempuan tua yang menunggu rumah. ”Pintu rumah tidak satu pun dikunci, tapi tak pernah ada pencuri yang masuk,” kata Sukati.

Mencuri memang merupakan salah satu larangan di Kampung Tradisional Suku Sasak yang tetap ditaati sampai saat ini. (KHAERUL ANWAR)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Maret 2017, di halaman 23 dengan judul "Dusun Sembagik, Banyak ”Tidak Boleh”-nya".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com