Dima menjelaskan, Pemkab Manggarai Timur melalui instansi terkait pernah memberikan semangat kepada warga di Kecamatan Elar Selatan untuk memproduksi topi ini.
Warga merespons dengan cepat dengan membentuk kelompok perajin dan menganyam Rombeng Rajong tersebut. Ketika Rombeng Rajong ada banyak dan dibawa ke Kabupaten Manggarai Timur, sama sekali ada dukungan dengan membelinya.
"Saat itu warga kecewa dan tidak memproduksi lagi Rombeng Rajong dengan banyak melainkan untuk kebutuhan sendiri di sekitar Elar Selatan. Tapi ke depan diupayakan membangkitkan kembali untuk menganyam Rombeng Rajong sebagai topi khas dari Manggarai Timur,” katanya seusai dilantik Bupati Manggarai Timur, Yoseph Tote di Aula Pusat Perkantoran Manggarai Timur di Lehong.
Frans Sarong, kepada KompasTravel, di Kampung Mbapo, Desa Lembur mengatakan, Rombeng Rajong merupakan topi tertua khas masyarakat dari Elar Selatan khususnya dan Manggarai Timur umumnya.
"Topi ini harus menjadi branding bagi produk lokal khususnya topi khas Manggarai Timur. Ada juga topi rongga, topi songke dan topi rea yang merupakan kekhasan Manggarai Raya di Flores Barat. Geliat pariwisata di Flores Barat dengan binatang komodo akan berdampak bagi orang-orang Flores untuk memperkenalkan produk khasnya kepada wisatawan serta para pencinta topi-topi unik dari seluruh Indonesia," kata Frans.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.