"Rombeng itu ada kekhasan di bagian pinggir topi dengan gambar bintang. Seperti yang kami berempat pakai ini adalah Rombeng Rajong. Ada anyaman bintang di pinggir Rombeng ini. Kalau dipakai oleh pemangku adat tidak memiliki bintang di pinggirnya. Itu yang disebut Sufi karena mulus tanpa pewarna di seluruh topinya," katanya.
Sambi menjelaskan, orang Rajong bisa membedakan antara topi yang dipakai oleh pemangku adat dengan warga biasa. Orang Rajong tidak sembarang memakai topi.
"Kita bisa membedakan antara pemangku adat dan bukan diketahui dari cara memakai topinya. Terlebih pada ritual-ritual adat di Kampung Rajong dan sekitarnya. Orang muda dan orang tua yang tidak memiliki jabatandi lembaga adat dilarang memakai topi Sufi," katanya.
"Topi Sufi sebagai keramat yang hanya dipakai oleh pemangku adat dan tua-tua adat di kampung. Topi Sufi sebagai topi menghormati para leluhur yang sudah mewariskan topi itu secara turun temurun," tambah Sambi.
Dia melanjutkan, topi Sufi dilarang jual kepada umum, melainkan yang bisa dijual adalah Rombeng Rajong dengan motif bintang di pinggir kiri dan kanan dari topi tersebut.
Bahkan, setiap tamu yang berkunjung di Kampung Rajong disematkan Rombeng Rajong yang berbintang sebagai penghormatan kepada tamu yang sudah menggapai bintang. Artinya seseorang tamu yang sudah memiliki jabatan publik seperti kepala daerah dan pejabat lainnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.