Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikan Bakar di antara Pasir dan Batu

Kompas.com - 15/05/2017, 20:35 WIB

ANAMBAS adalah tempat air terjun di antara granit lalu mengalir langsung ke laut. Granit berukuran lebih besar dari truk pengangkut peti kemas bertebaran di pesisir kabupaten terdepan Indonesia di tepi Laut China Selatan itu.

Granit di pesisir Anambas beraneka rupa. Ada yang berbentuk seperti tugu dan tersusun dari tumpukan beberapa batu. Ada juga granit yang dari jauh seperti tangan digenggam dan jempol ditunjukkan.

Selain di pesisir, granit juga tersebar di tengah pulau. Sebagian rumah warga dibangun di antara granit. Bahkan, tidak sedikit rumah dibangun dengan granit sebagai fondasinya.

”Di tempat lain, granit jadi hiasan. Di Anambas, dipakai untuk fondasi bangunan,” ujar Sahak, warga Pulau Jemaja, salah satu pulau di Anambas.

Saat demam batu mulia melanda, banyak orang mengasah granit itu dan menjadikannya hiasan. Setelah demam itu lewat, granit Anambas tetap berdiri seperti sejak berabad lalu.

Tidak hanya granit menghiasi pesisir Anambas. Pantai berpasir halus dan berwarna krem membentang di pesisirnya. Pantai berpasir biasanya ada di sisi selatan dan timur. Sementara granit-granit raksasa di sisi utara dan barat.

(BACA: Anambas, Inilah Saingannya Raja Ampat)

Hal itu sesuai dengan kondisi cuaca di Anambas. Setiap Oktober hingga awal Maret, Anambas mendapat kiriman angin kencang dan ombak tinggi dari utara.

Warga menyebutnya musim utara. Pada Juni hingga awal Agustus, angin kencang dan ombak tinggi datang dari barat.

”Waktu pertama datang ke sini beberapa tahun lalu, saya bingung ada musim berdasarkan nama mata angin,” ujar Daniel Simorangkir, pria asal Sumatera Utara, yang ditugaskan TNI AL di Anambas.

Bakar ikan

Penting bagi pelancong untuk memperhatikan musim yang tengah melanda Anambas. Salah waktu, rencana pelesiran bisa berantakan. Paling tepat datang pada April hingga Mei.

(BACA: Menikmati Jernih Air Laut di Anambas)

Dalam periode itu, laut Anambas setenang telaga. Lautan yang menghadap Laut China Selatan itu setenang kolam di halaman rumah.

Laut tenang dan jernih, angin sepoi-sepoi membuat orang betah duduk di pantai-pantai Anambas. Di Jemaja, ada Pantai Pandang Melang dan Pantai Kusik. Pasir di Padang Melang membentang sepanjang 6 km dan lebar 30 meter. Di Kusik, pantainya membentang sampai 3 km.

Pulau-pulau kecil di sekitar Jemaja juga punya pantai-pantai lebih pendek. Di Pulau Ayam yang terletak di timur Jemaja, ada pantai sepanjang 1,5 km.

Hampir sepanjang tahun, permukaan laut di sekitar pulau itu tenang karena terlindung Pulau Jemaja dan sejumlah pulau lain di sekitarnya.

Sementara di Pulau Mangkai, ada pantai kurang dari 1 km. Di sana, pelancong bisa menunggu penyu bertelur antara Juni dan September. Di luar periode itu, hanya sesekali penyu datang atau sekadar berenang mendekat ke pulau.

Di pantai pulau-pulau kecil itu, pengunjung sebaiknya membawa bekal. Dari 255 pulau di Anambas, hanya 26 dihuni. Sisanya kosong sejak ratusan tahun lalu.

Sebagian pulau berpenghuni sekalipun ada yang penduduknya minim, lima orang seperti di Pulau Ayam. Pulau itu didiami Khairil dan keluarganya.

”Saya tinggal di sini sejak lahir. Sekarang saudara-saudara saya pindah ke pulau lain,” ujar Khairil.

Sebagian besar pulau punya sumber air. Paling tidak ada air kelapa yang tumbuh di hampir semua pulau. Sementara makanan bisa berupa ikan bakar. Ikannya dapat dibeli dari nelayan yang hilir mudik di perairan Anambas.

Harganya ekonomis. Seekor tongkol dengan berat 3 kg dijual Rp 20.000. Nelayan Anambas menjual ikan dengan melihat panjangnya yang dijual per ekor. Aneka jenis kerapu dijual rata-rata Rp 70.000 per ekor. Ukurannya rata-rata 1 kg per ekor.

Namun, kerapu jarang dijual di laut, berbeda dengan aneka jenis tongkol, manyuk, atau ikan karang lain yang kerap ditangkap nelayan. Sebagian besar kerapu Anambas dipelihara.

Dibeli pelancong

Ikan-ikan yang dibeli dari nelayan itu biasanya dibawa pelancong ke pulau. Di sana, dari kayu-kayu yang sudah lama mati, pelancong membuat api lalu membakar ikan.

”Saya baru sekali ini makan ikan setengah matang. Setelah berenang, kami membakar ikan. Di bagian luar sudah hangus. Ternyata bagian dalam belum terlalu matang. Namun, enak juga. Tidak amis seperti ikan di Jakarta. Ikan segar memang berbeda dengan ikan yang sudah lama mati,” kata Doni, pelancong asal Jakarta.

Doni dan rekan-rekannya tidak sengaja membeli ikan segar tersebut. Perahu yang mereka tumpangi kebetulan berpapasan dengan perahu nelayan. Setelah bercakap-cakap, Doni dan rekan-rekannya malah tertarik untuk membeli ikan yang baru beberapa jam lalu ditangkap di sekitar Jemaja.

Sebanyak 10 ikan di perahu nelayan berpindah ke perahu yang ditumpangi Doni dan kawan-kawannya. Ikan-ikan itu tidak dibayar langsung.

”Bayar setelah kami kembali ke Letung (wilayah teramai di Jemaja),” kata Doni.

Padahal, ada jeda sembilan jam sejak transaksi itu terjadi sampai Doni bertemu nelayan itu di Letung. Sebelum perjumpaan tidak sengaja itu, nelayan dan Doni sama sekali tidak pernah bertemu atau saling kenal.

”Saya terkejut begitu mudah dipercaya di sini. Tidak mungkin bisa seperti ini di Jakarta,” ujarnya sembari tergelak.

Terlambat ke Anambas

Ia mengaku menyesal baru di awal 2017 tiba di Anambas. Sejak lama dirinya sudah mendengar keindahan di Anambas.

”Di sini mau melihat terumbu karang tidak harus bisa menyelam. Dari pantai, hamparan terumbu karang sudah ada di jarak 5 meter dan kedalaman kurang dari 2 meter,” tuturnya.

Kendala utama yang ditemui oleh para pelancong adalah transportasi menuju Anambas. Transportasi ke wilayah itu hanya tersedia satu kali penerbangan setiap pekan dari Tanjung Pinang dengan pesawat berkapasitas 12 penumpang. Dengan pesawat, ke Anambas memakan waktu 1,5 jam dari Tanjung Pinang, ibu kota Anambas.

Sementara dengan kapal cepat dari Tanjung Pinang, Anambas dijangkau dalam sembilan jam. Di Anambas, transportasi menggunakan perahu. Karena terdiri atas ratusan pulau, wajar transportasi utama adalah perahu atau kapal.

Selain itu, ada masalah telekomunikasi karena keterbatasan sinyal. Di banyak lokasi, sama sekali tidak ada sinyal.

”Justru sebenarnya bagus karena bisa sejenak terlepas dari dunia luar. Benar-benar fokus menikmati keindahan Anambas,” ujar Prambudi, pelancong dari Tanjung Pinang. (KRIS R MADA)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Mei 2017, di halaman 23 dengan judul "Ikan Bakar di antara Pasir dan Batu".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Travel Update
19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

Travel Update
Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Travel Update
Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Travel Update
Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Travel Tips
BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

Travel Update
Terraz Waterpark Tanjung Batu: Harga Tiket, Lokasi, dan Jam Buka

Terraz Waterpark Tanjung Batu: Harga Tiket, Lokasi, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com