Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memperpanjang Napas Legong Bedulu

Kompas.com - 30/05/2017, 09:45 WIB

GUSTI Ayu Diah (12) dan Gusti Ayu Mei Swari (13) lincah menarikan Legong Kupu-Kupu Tarum dalam latihan bersama di pelataran pendopo Pura Samuan Tiga, Bedulu, Kabupaten Gianyar, Kamis (4/5/2017) malam.

Tarian ini sempat hilang dan kembali ditarikan setelah direkonstruksi oleh keturunan penari sepuh sejak 37 tahun lalu hingga saat ini.

Diah dan Mei adalah penari generasi paling belia dari para penari Legong Kupu-kupu Tarum. Perlu waktu panjang dan upaya keras tak kenal lelah dari mereka yang peduli agar salah satu tarian dari legong bedulu itu bisa ditarikan kembali.

Salah satu dari yang peduli itu adalah I Gusti Ayu Ketut Kartikawati (44), pelatih tari yang mendedikasikan waktu dan tenaga agar Gusti Ketut Kantun (66), penari legong era tahun 1960-an, kembali mengingat gerakan tari tersebut.

”Beliau (Kantun) tak ingat gerakan tarian tanpa bunyi gamelan. Padahal, saat pertama bertemu, musik gamelan tari itu belum direkonstruksi. Jadi, tarian utuhnya menunggu suara gamelan lengkap dulu untuk membantu ingatan beliau,” kata Kartikawati.

(BACA: Roman Legong Gaya Bedulu)

Malam itu merupakan salah satu dari sekian malam latihan Kartikawati bersama beberapa penari untuk menyempurnakan Legong Kupu-kupu Tarum. Mereka mengupayakan tari itu semirip mungkin dengan tarian aslinya.

Adalah suami Kartikawati, I Gusti Made Sudiarsa, yang menginisiasi penyelamatan dan pelestarian tari-tari legong bedulu, termasuk Legong Kupukupu Tarum. Hal itu dilakukan Sudiarsa bersama kakaknya, I Gusti Putu Sudarta.

Sekitar tahun 1970, tari legong bedulu sempat mati suri dan mulai dilupakan. Di sisi lain, tak ada dokumentasi foto ataupun suara gamelan.

(BACA: Legong Raja Cina Memukau Penonton Pesta Kesenian Bali)

Maka, pada 1980, mereka mulai mencari tokoh-tokoh penari sepuh. Beruntung mereka menemukan beberapa penari generasi pertama, yakni I Ciglek dan I Pukel.

Namun, pertemuan dengan para penari itu sia-sia jika kakak beradik itu tak bersua I Gusti Putu Mandor atau Pekak (kakek) Landung.

Pekak Landung adalah salah satu penabuh gamelan yang tersisa dari gamelan legong bedulu yang menggunakan enam nada. Untuk mengingat gerakan tari, para penari sepuh memerlukan patokan suara gamelan.

”Suara Pekak Landung yang menirukan suara gamelan kami rekam dengan alat rekam sederhana yang bisa kami beli. Dengan itu, rekonstruksi musik gamelan dan tari dimulai,” kata Sudarta.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com