Namun, ketika opsi lainnya, parfait buah markisa ala Sumatera Utara, sampai di meja saya, isinya ludes dalam beberapa menit. Rasa susu dan cokelat putih berpadu sempurna dengan asamnya potongan buah kiwi, stroberi dan markisa.
Dari pengalaman on board, dua kali makan besar berlangsung sekitar 3 jam setelah take-off dan 2 jam sebelum landing. Di sela itu, penumpang bisa memesan makanan ringan, seperti sate ayam, mie ayam, irisan buah dan nachos selama tersedia serta kudapan, seperti cokelat dan wafer, bebas kapan saja. Free flow minuman dan kudapan juga berlaku di kelas ekonomi.
"Serius ini makan lagi?" ungkap salah satu teman ketika ditawarkan makanan ringan dan minuman untuk kesekian kalinya.
Selain makanan, energi lainnya datang dari layar hiburan Garuda di depan saya. Setelah lampu kabin mulai dimatikan 5 jam setelah take-off, teman-teman seperjalanan saya memilih untuk tidur. Saya yang belum mengantuk memilih untuk menonton film.
Film yang saya cari langsung tersedia di layar depan "New Releases". Wonder Woman!
Film yang dibintangi aktris cantik asal Israel, Gal Gadot, itu belum sempat saya tonton saat sedang diputar di bioskop. Kalimat pembuka Diana, tokoh utama dalam film ini, berhasil membuat saya bertahan selama 2 jam 14 menit hingga film habis.
"I used to want to save the world. This beautiful place. But I knew so little then. It is a land of beauty and wonder, worth cherishing in every way. But the closer you get, the more you see the great darkness simmering within. And mankind? Mankind is another story altogether. What one does when faced with the truth is more difficult than you think. I learned this the hard way a long, long time ago. And now, I will never be the same," demikian kata Diana dari Themyscira.
***
Sekitar pukul 23.00 waktu Jakarta, saya memutuskan untuk tidur. Rasa kantuk juga menyerang hebat. Ini kali pertama saya tidur di penerbangan ini.
Satu jam kemudian saya dibangunkan untuk makan besar yang kedua. Saya tetap makan meski ngantuk berat. 15 menit kemudian, saya langsung tidur lagi.
Saya baru bangun setelah suara berat menggema di kabin, suara pilot yang mengumumkan bahwa dalam waktu 30 menit ke depan kami akan mendarat di Bandara Internasional Heathrow di London.
"Suhu di darat dilaporkan 9 derajat celcius. Sementara itu, beda waktu di London 7 jam lebih lambat dari Jakarta," ujar sang pilot.
Pada musim gugur dan dingin, beda waktu Jakarta-London menjadi 7 jam, satu jam lebih lama daripada beda waktu saat musim panas dan gugur.
Saat landing, waktu di London menunjukkan pukul 19.40. Artinya di Jakarta pukul 02.40 WIB. Kantuk masih menggelayut. Sejumlah teman sibuk berargumen 14,5 jam ini sebagai perjalanan yang terasa lamanya atau tidak.
Tetapi udara dingin yang menyergap wajah ketika pintu otomatis Terminal 3 Bandara Heathrow di dekat tempat pengambilan bagasi terbuka dan sepasang pria dan wanita yang berpelukan di tengah udara 9 derajat celcius lalu membuat saya sadar.
Selamat datang di London!