Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

14,5 Jam Terbang Langsung dari Hangatnya Jakarta ke Romantisnya London

Ibu saya gembira sekali setelah saya beri tahu bahwa saya akan kembali pergi ke London untuk tugas kantor. Saya yang akan pergi, dia yang gembira setengah mati. Meski pada akhirnya Ibu bilang “mudah-mudahan suatu saat kita bisa bareng ke sana”.

“Amin Ma,” kata saya mengulang ucapan yang sama di dalam hati.

“Naik apa? Berapa lama ke sana?” dua pertanyaan beruntun dengan nada khas ibu-ibu yang ingin tahu anak gadisnya mau ke mana (padahal saya bukan anak gadis lagi) lalu mengalir.

“Naik Garuda Indonesia. Sekitar 14,5 jam,” jawab saya.

“Itu ada transit di mana nanti?” tanyanya lagi.

“Enggak ada transit. Langsung ke London, Ma,” tutur saya.

Ibu kaget, karena menurut dia, biasanya penerbangan jarak jauh dari Indonesia ke luar negeri harus diselingi transit di negara lain yang lokasinya ada di tengah-tengah rute. Kira-kira begitu.

Saya pun bercerita.

***

Saya beruntung, mewakili kantor, ikut dalam penerbangan langsung Jakarta-London dalam pekan perdana ini.

Bersama dengan kami, Sabtu (4/11/2017), terbang pula Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N Mansury yang akan mengikuti agenda pertemuan masing-masing di London. Sebelum take-off, kami sempat bercengkerama sebentar di kabin kelas bisnis.

“Garuda Indonesia menjadi maskapai pertama yang melayani penerbangan nonstop dari Jakarta ke London,” kata Pahala.

Sebagai bagian dari upaya promosi, hingga 15 November ini, tiket penerbangan nonstop pergi-pulang masih dijual dengan harga mulai dari Rp 9,9 juta untuk perjalanan hingga 31 Agustus 2018.

Penerbangan langsung ini juga terkoneksi dengan penerbangan Garuda Indonesia dari dan ke Melbourne, Australia. Dan rencananya, juga akan terkoneksi dengan Sydney dan Perth.

Oleh karena itu, Garuda optimistis rute yang kerap disebut rute kanguru tersebut akan banyak diminati karena ketiga kota ini termasuk daftar tujuan terbanyak penumpang dari dan ke Inggris.

Ini pengalaman kedua saya berangkat ke London. Pada pengalaman sebelumnya pada tahun 2014, saya berangkat dengan menggunakan salah satu maskapai Eropa. Saya berangkat pukul 18.45 dari Jakarta lalu tiba di Schiphol, Amsterdam, pada pukul 05.55 waktu setempat keesokan harinya. Transit sekitar 1 jam lalu terbang lagi hingga tiba di London pada pukul 07.40 waktu setempat. Total lama penerbangannya mencapai 17,5 jam.

Sementara itu, berdasarkan informasi dari situs resmi Singapore Airlines, berikut transit sekitar 1 jam di Bandara Internasional Changi, durasi penerbangannya minimal sekitar 17 jam kurang 5 menit.

Biar tak mati gaya

Buat saya, berbelas-belas jam duduk di pesawat itu membosankan. Oleh karena itu, dalam perjalanan ke London, ataupun ke California, sebelumnya, saya biasanya sudah menyiapkan buku, biasanya satu buku dan beberapa e-book.

Hanya saja, kali ini saya tidak membawanya karena berencana mengerjakan sejumlah tugas di gadget. Dokumen yang perlu sudah diunduh sehingga bisa dikerjakan di Samsung Note 5 saya atau di laptop. Cukuplah mengisi waktu luang selama 14,5 jam, pikir saya.

Namun, rencana saya berubah dan justru jadi lebih menarik.

Saat check-in, kru Garuda Indonesia membagikan voucher wifi on board "Garuda In-flight Connectivity" senilai 21.95 dollar AS atau sekitar Rp 297.000 kepada kami yang akan berangkat. Voucher ini memberikan akses 24 jam penggunaan internet di pesawat kepada penumpang.

Berselancar di internet memberikan keleluasaan bagi saya untuk menyelesaikan sejumlah tugas, seperti tulisan dan bahan presentasi lebih cepat daripada yang direncanakan. Tentu saja juga karena mood booster berupa daftar lagu jazz yang dilantunkan Michael Buble dari layar hiburan di depan saya.

Saya juga bisa browsing untuk mengecek tempat-tempat yang akan kami kunjungi di London, seperti Greenwich Royal Observatory, National History Museum dan Shoreditch, meng-update berbagai kabar dari keluarga dan kantor via text chat.

Dan tentu saja, saya bebas posting foto dan video bermuatan senyum dan kegembiraan di Instagram. IG story yang pasti.

"Enggak bakal mati gaya!" kalau kata kids zaman now.

Selain akses internet, bagi saya, hal lain yang juga membuat penerbangan belasan jam tak terasa adalah makanan. Dalam penerbangan ini, makanan dan minuman terus berdatangan.

Baru boarding saja, penumpang sudah ditawarkan welcome drink dan handuk panas. Silakan pilih jus markisa terong belanda alias martabe atau jeruk. Saya pilih martabe tentu saja. Kombinasi jus dan handuk panas untuk menyegarkan penumpang menjelang perjalanan panjang menuju London.

Sejam kemudian, di kelas bisnis, pramugari akan mendatangi satu per satu penumpang untuk menanyakan menu pilihan penumpang yang akan disajikan sekitar dua jam kemudian.

Misalnya, untuk menu appetizer ada selada daging ala Thailand, tuna salad dengan telur puyuh rebus, olive hijau, arthicoke dan tomat ceri, juga ada soto padang serta sup labu panggang parang dengan krim asam dan jamur enoki.

Sedangkan untuk menu utama misalnya sate ayam dengan nasi goreng kambing, daging sapi rendang iris dibalut dengan tortilla wrap, pepes ikan baramundi serta pasta agnolotti isi jamur dengan saus krim tomat.

Favorit saya, soto mie bogor untuk appetizer pada makan kedua dan menu makanan utama grilled beef sirloin dengan souffle kentang, aparagus, jamur dan tomat ceri pada makan pertama. Sirloinnya lembut sedangkan souffle kentangnya, meski agak kering, rasanya enak sekali, creamy dan gurih.

Untuk dessert, saya ingin sekali makan choco lava, namun saat saya dihampiri pramugari, saya diberi tahu bahwa choco lava sudah dipesan penumpang lain.

Namun, ketika opsi lainnya, parfait buah markisa ala Sumatera Utara, sampai di meja saya, isinya ludes dalam beberapa menit. Rasa susu dan cokelat putih berpadu sempurna dengan asamnya potongan buah kiwi, stroberi dan markisa.

"Serius ini makan lagi?" ungkap salah satu teman ketika ditawarkan makanan ringan dan minuman untuk kesekian kalinya.

Selain makanan, energi lainnya datang dari layar hiburan Garuda di depan saya. Setelah lampu kabin mulai dimatikan 5 jam setelah take-off, teman-teman seperjalanan saya memilih untuk tidur. Saya yang belum mengantuk memilih untuk menonton film.

Film yang saya cari langsung tersedia di layar depan "New Releases". Wonder Woman!

Film yang dibintangi aktris cantik asal Israel, Gal Gadot, itu belum sempat saya tonton saat sedang diputar di bioskop. Kalimat pembuka Diana, tokoh utama dalam film ini, berhasil membuat saya bertahan selama 2 jam 14 menit hingga film habis.

"I used to want to save the world. This beautiful place. But I knew so little then. It is a land of beauty and wonder, worth cherishing in every way. But the closer you get, the more you see the great darkness simmering within. And mankind? Mankind is another story altogether. What one does when faced with the truth is more difficult than you think. I learned this the hard way a long, long time ago. And now, I will never be the same," demikian kata Diana dari Themyscira.

***

Sekitar pukul 23.00 waktu Jakarta, saya memutuskan untuk tidur. Rasa kantuk juga menyerang hebat. Ini kali pertama saya tidur di penerbangan ini.

Satu jam kemudian saya dibangunkan untuk makan besar yang kedua. Saya tetap makan meski ngantuk berat. 15 menit kemudian, saya langsung tidur lagi.

Saya baru bangun setelah suara berat menggema di kabin, suara pilot yang mengumumkan bahwa dalam waktu 30 menit ke depan kami akan mendarat di Bandara Internasional Heathrow di London.

"Suhu di darat dilaporkan 9 derajat celcius. Sementara itu, beda waktu di London 7 jam lebih lambat dari Jakarta," ujar sang pilot.

Pada musim gugur dan dingin, beda waktu Jakarta-London menjadi 7 jam, satu jam lebih lama daripada beda waktu saat musim panas dan gugur.

Saat landing, waktu di London menunjukkan pukul 19.40. Artinya di Jakarta pukul 02.40 WIB. Kantuk masih menggelayut. Sejumlah teman sibuk berargumen 14,5 jam ini sebagai perjalanan yang terasa lamanya atau tidak.

Tetapi udara dingin yang menyergap wajah ketika pintu otomatis Terminal 3 Bandara Heathrow di dekat tempat pengambilan bagasi terbuka dan sepasang pria dan wanita yang berpelukan di tengah udara 9 derajat celcius lalu membuat saya sadar.

Selamat datang di London!

https://travel.kompas.com/read/2017/11/06/095033727/145-jam-terbang-langsung-dari-hangatnya-jakarta-ke-romantisnya-london

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke