PURWAKARTA, KOMPAS.com - Suasana Sabtu (18/11/2017) malam terasa sunyi. Nuansa menyatu dengan alam begitu terasa saat rintik hujan terdengar jelas di dinding sky logde atau hotel gantung Padjajaran Anyar di Tebing Parang, Kampung Cisaga, Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru, Purwakarta, Jawa Barat.
Dari ketinggian 500 meter melalui dinding hotel nan bening yang terbuat dari polycarbonate, terlihat pemandangan dari dalam kamar hotel. Betapa indahnya kerlap-kerlip lampu rumah-rumah penduduk sekitar. Suara-suara alami dari hewan terdengar seakan mereka ingin menemani.
(Baca juga : Yuk Nginap di Hotel Gantung Gunung Parang Purwakarta!)
Saya duduk di kasur angin yang telah siap di dalam kamar hotel. Waktu saya isi dengan bercanda ria bersama rekan-rekan perjalanan sambil menunggu malam. Tak sabar rasanya merasakan makan malam di hotel gantung yang ada di Tebing Gunung Parang.
Hotel gantung ini baru tersedia satu kamar. Luas kamar hotel 2,5 x 6 meter persegi dan tinggi sekitar 2,4 meter. Dhani Daelami selaku salah satu penggagas Skylogde Padjajaran Anyar sekaligus operator via ferrata, Badega Gunung Parang mengatakan saat ini dalam masa soft launching.
(Baca juga : Pertama di Asia, Hotel Bergantung Hadir di Gunung Parang Purwakarta)
Hotel ini mulai beroperasi terhitung dari 28 Oktober. Sejak saat itu sudah ada dua pengunjung yang menginap di hotel gantung.
"Promo Padjajaran Anyar kita kan lewat Instagram, Google. Mereka banyak tanya di Instagram. Sejauh ini baru dua tamu yang menginap," kata Dhany di kaki Tebing Gunung Parang sebelum saya bersama rekan-rekan memanjat Tebing Gunung Parang.
Menurut Dhani, hingga saat ini untuk bisa menginap di hotel gantung ini sendiri bisa melakukan pemesanan melalui call centre yang ada.
(Baca juga : Hotel Gantung di Purwakarta, Bagaimana Faktor Keamanannya?)
Ia menjelaskan pula, pengunjung yang ingin bermalam di hotel tersebut harus menaiki tangga atau via ferrata terlebih dahulu.
"Nanti akan ada tempat istirahat di elevasi 200 (meter) dan 300 (meter). Begitu sampai (dekat dengan sky lodge), akan ada penyebrangan tyrolean panjangnya sekitar 60 meter sampai ke skylodge," kata Dhani.
Cerita-cerita Dhani membuat saya semakin penasaran bagaimana rasanya memanjat tebing dan menikmati malam hari di hotel gantung. Sekitar pukul 14.30 WIB, saya bersama rekan-rekan pun bersiap-siap untuk naik ke atas tebing.
Sebelumnya, saya harus menggunakan alat pengaman seperti halnya helm, harness, dan tali temali lainnya sebagai penunjang keamanan saat panjat tebing. Saat itu pula, saya diingatkan pemandu, agar selalu memasangkan pengaman ke tangga via ferrata dan sling berbahan baja yang telah disiapkan.
(Baca juga : Mau Menginap di Hotel Gantung Tertinggi Sedunia di Purwakarta? Begini Caranya)
"Ini kita pakaikan dulu ya helm, harness, dan lanyard. Saya ingatkan aja ya untuk selalu mengikatkan kedua tali harness saat memanjat nanti demi keamanan. Yang satu ke via ferrata dan satu lagi ke sling baja, briefing-nya itu aja," kata pemandu pemanjatan Tebing Gunung Parang, Ebi.
Ebi bercerita hari-hari sebelumnya mulai pukul 14.00 WIB biasanya selalu turun hujan. Namun, lagi-lagi keberuntungan ini menjadi milik saya dan rekan-rekan Kompas.com. Cuaca cerah dan matahari semakin tergelincir menuju ufuk barat.
(Baca juga : Hotel Gantung Tertinggi Sedunia di Purwakarta Bisa Dicoba Oktober 2017)
Sambil terus berjalan kaki sebelum sampai di titik awal pemanjatan, saya harus melewati medan yang menanjak dengan jalanan setapak dipenuhi bebatuan. Medan ini cukup menghabiskan energi. Saya belum mulai memanjat padahal.
Tetap mengatur napas dan dibekali semangat, saya sampai di titik awal pemanjatan sekitar pukul 15.00 WIB. Perjalanan kemudian saya mulai dari tangga pertama via ferrata.
"Hati-hati, Nggi," ucap Wahyu, rekan KompasTravel mengawali perjalanan.