Di samping suguhan tarian yang mencuri perhatian, saya juga memoles suasana pertunjukan lebih interaktif dengan mengajak penonton memahami teknik dasar gamelan dengan memperkenalkan nama-nama instrumennya.
Saya memulai dengan "kadjar", yang berfungsi sebagai pemegang irama (tempo). Kebetulan yang memainkan adalah seorang ibu asal Singaraja, Bali yang bernama Nyoman Nariasih. Saya menyebut beliau dengan nama panggilan "Madame Pukpuk" (pukpuk, bunyi kadjar).
Orang tidak mengira bahwa dia punya keinginan besar untuk belajar, walaupun secara musikal susah mengerti, tetapi karena kesetiaan dan rajin, dia berhasil mempertunjukan dirinya di hadapan publik dengan baik.
Sebagai pelatih gamelan, saya kagum dan menghormati dedikasinya selama 20 tahun bersama Saling Asah. Bercerita dalam suka dukanya, berpiknik ria dengan hidangan makanan Bali yang selalu dia bawa secara tulus dan iklas dan dibagikan bersama.
Madame Pukpuk sudah sepantasnya mendapatkan penghargaan yang tinggi, setinggi loyalitasnya memainkan kadjar dari tahun 1998 semenjak Saling Asah terbentuk.
Kembali ke interaktif pertunjukan, kadjar berbunyi secara pelan-pelan membuat penonton melirik Madame Pukpuk dengan seksama.
Kemudian saya meminta penabuh gong membunyikan "gong ageng" (besar) setiap hitungan ke-8. Sedangkan hitungan ke-5 dan ke-7 bunyi "kempur" (gong kecil). Kedua gong tersebut telah berbunyi dalam hitungannya masing-masing dimainkan secara repetitif (berulang-ulang).
Respon penonton menjadi-jadi, dan saya tahu bahwa mereka sudah terhipnotis dengan musik repetitif tersebut. Untuk menjaga perhatiannya, saya berupaya terus menggoyang penonton dengan guyonan segar, kadang lucu dan tidak lucu.
Di sini penonton tampak berimajinasi bahwa musik gamelan Bali asyik sekali dimainkan dan mudah didengar. Pokoknya secara sederhana, kita mengenalkan bunyi gamelan, cara memainkan, memahami komposisi musiknya dengan tempo pelan, detail dan dimengerti.
Begitulah seterusnya dengan instrumen melodi lain seperti gangsa, kantilan, ugal, cengceng, dan kendang yang menambah harmoninya suara gamelan Bali tersebut.
Pada bagian penutup, penonton bertepuk tangan dengan riangnya. "Merci, dank je, thank you, terima kasih!". Itulah yang saya ucapkan atas respon penonton tersebut.
Kecak Membidik Si Jelita
Entah apa yang ada dalam pikiran, bukan ingin bercinta tetapi lebih kepada menghibur agar workshop kecak menjadi gembira. Entahlah orang berpikir Bli Ciaaattt terlalu genit di panggung yang kadang berujung pendekatan terselubung. Pendekatan ingin belajar maksudnya.