Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karong Woja Wole, Tradisi Mengantar Padi Suku Gunung di Flores (1)

Kompas.com - 12/08/2018, 16:30 WIB
Markus Makur,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

Saya dan Yance Baos menyusuri jalan tanah yang baru dibuka oleh Pemerintah Desa Gunung. Menyusul di belakang kami adalah Tokoh masyarakat Desa Ranakolong, Paulus Ndoi.

Paulus Ndoi dibonceng oleh Marsi menuju ke kebun komunal lingko rumbit untuk menyaksikan ritual adat di lodok (sudut kebun komunal) lingko rumbit.

Saya dan Yance Baos tiba duluan di kebun untuk menunggu rombongan dari kampung Lete dengan kendaraan umum tersebut.

Setiba di kebun komunal lingko rumbit, Dor sekaligus tokoh adat Suku Gunung dan juru bicara adat mulai mengeluarkan sebotol moke dari tasnya.

Woja Wole dimahkotai di kepala perempuan sebagai ratu alam semesta, Senin (30/7/2018). Tradisi Karong Woja Wole merupakan tradisi mengantar padi sebagai ratu alam semesta di Suku Gunung dan suku-suku lain yang tersebar di kawasan selatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur. KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Woja Wole dimahkotai di kepala perempuan sebagai ratu alam semesta, Senin (30/7/2018). Tradisi Karong Woja Wole merupakan tradisi mengantar padi sebagai ratu alam semesta di Suku Gunung dan suku-suku lain yang tersebar di kawasan selatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Setelah moke dikeluarkan, selanjutnya Dor menginformasikan kepada 18 pemilik lahan serta tuan tana untuk memulai melaksanakan ritual tersebut.

Dor terlebih dahulu meminta persetujuan dari tuan tana, Katarina Ndakis, yang juga istrinya sendiri. Tuan tana, Katarina Ndakis memberikan persetujuan dan mulailah pelaksanakan ritual adat di lodok Lingko Rumbit.

Woja Wole Diturunkan

Sebelum dilangsungkan ritual adat dalam menghormati tuang tana, tanah dan penjaga alam semesta di lingko rumbit, terlebih dahulu, woja wole yang tergantung di tiang di lodok lingko rumbit diturunkan oleh anggota kebun yang hadir dalam ritual tersebut.

Tradisi Karong Woja Wole merupakan tradisi mengantar padi sebagai ratu alam semesta di Suku Gunung dan suku-suku lain yang tersebar di kawasan selatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur. KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Tradisi Karong Woja Wole merupakan tradisi mengantar padi sebagai ratu alam semesta di Suku Gunung dan suku-suku lain yang tersebar di kawasan selatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Sebelumnya woja wole yang simpan didalam bambu kecil dan di gantung dengan sebuah tiang kayu, Sabtu (17/3/2018) dilangsungkan ritual Arit. Ritual arit woja wole, ritual ini sebagai penanda dimulainya masa mengetam padi di perkebunan lingko rumbit.

Bulir-bulir padi (woja) yang panjang diambil dan dimasukkan dalam sebuah bambu lalu digantung dalam sebuah tiang kayu yang dipancang di lodok lingko Rumbit. Unik dan langka tradisi ini yang hanya ada di masyarakat Kota Komba bagian selatan dari Kabupaten Manggarai Timur.

Padi (woja wole) yang ada di dalam bambu yang sudah kering dikeluarkan dan diletakkan diatas batu adat di lodok lingko rumbit tersebut.

Selanjutnya tua adat sekaligus Dor mengambil seekor ayam, moke lokal untuk diritualkan sebagai ucapan terima kasih dan bersyukur kepada alam semesta yang selama masa tanam sampai masa panen bersama-sama menjaga padi dari berbagai gangguan hama, baik tikus maupun hama-hama belalang dan hama-hama lainnya.

Sesajian adat kepada leluhur dan alam semesta dalam Tradisi Karong Woja Wole yakni tradisi mengantar padi sebagai ratu alam semesta di Suku Gunung dan suku-suku lain yang tersebar di kawasan selatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Senin (30/7/2018).KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Sesajian adat kepada leluhur dan alam semesta dalam Tradisi Karong Woja Wole yakni tradisi mengantar padi sebagai ratu alam semesta di Suku Gunung dan suku-suku lain yang tersebar di kawasan selatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Senin (30/7/2018).

Ritual Adat Dilangsungkan

Tua adat sekaligus Dor dan juru bicara, Stanislaus Jalang memegang seekor ayam dan semua anggota kebun komunal mengikuti dengan khusuk sambil sama-sama berdoa dalam hati sebagai ucapan syukur.

Bagian kepala ayam dipegang ke aram tubuh juru bicara saat dilangsung ritual tersebut. Setelah diritualkan, ayam disembelih dan darah ayam diteteskan kepada bulir-bulir woja wole tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com