PEGUNUNGAN ARFAK, KOMPAS.com – Pagi itu, Jumat (17/8/2018), jam menunjukkan pukul 09.00 WIT. Matahari mulai menuju atas kepala. Sinarnya mulai terik. Namun, angin justru bertiup sejuk.
Saya berada di Distrik Anggi, Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat saat Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia.
Suasana upacara di Pegunungan Arfak, dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 1.750 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu berjalan dengan khidmat.
Baca juga: Tim Mapala UI Berhasil Terbang di Atas Dua Danau Pegunungan Arfak
Biasanya, momen-momen 17 Agustus beberapa kali saya rayakan di dataran rendah. Riuh, kemajemukan suku, bangunan pencakar langit, dan nuansa nasionalisme juga penghargaan pahlawan jelas terlihat di kota.
Upacara berlangsung di Lapangan Distrik Anggi. Peserta upacara hadir dari berbagai kampung di Distrik Anggi seperti Kampung Irai, Suteibey, Mboindidip, Imbai, Igmbai, Hungku, Susi, Uper, Testega, Bamaha, dan Kostera.
Sebenarnya tak ada yang banyak berbeda dari upacara-upacara hari kemerdekaan lainnya. Ada pembacaan naskah proklamasi, Undang-undang Dasar 1945, mengheningkan cipta, dan pengibaran bendera Merah Putih.
Baca juga: Wisata di Pegunungan Arfak Papua Barat, Ada Apa Saja?
Namun, suhu dingin adalah pembeda yang sangat kentara. Temperatur suhu saya perkirakan sekitar 18 derajat atau hampir setara air conditioner (AC). Nah, bisa dibayangkan bila malam hari akan turun hingga 3 derajat. Dingin bukan?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.