Satu orang memegang kendali bajak dan dua orang menjadi sapi untuk menarik sapi.
Karena kelelahan, mereka lalu mencari binatang untuk membantu membajak sawah dan menemukan sapi liar yang kemudian membantu ketiga orang tersebut untuk mengolah lahan pertanian.
Untuk menghargai leluhur yang mereka sebut Mbah Daeng, masyarakat menggelar tradisi sapi-sapian setiap 1 Suro selain itu juga sebagai kegiatan bersih desa.
Nama Kenjo diambil dari nama Kunjo yang dalam bahasa Using berarti tempat air. Saat ini hampir sebagian besar masyarakat Desa Kenjo berprofesi sebagai petani.
Baca juga: Perayaan 1 Suro di Banyuwangi...
Prosesi kirab diawali dengan dikeluarkannya sejumlah pusaka milik Puro Mangkunegaran di Pendapa Ageng. Beberapa pusaka dipilih untuk mengikuti kirab ini.
Para peserta kirab dilarang untuk berbicara selama berkeliling kompleks Mangkunegaran tersebut.
Setelah itu pusaka dengan diiringi oleh punggawa keraton dibawa kirab melewati Jl Ronggowarsito, Jl Kartini, Jl.RM Said, lanjut ke Jl. Teuku Umar dan masuk kembali ke Mangkunegaran.
Setiap malam 1 Suro atau tahun baru Hijriah, warga Lenjoh Selo, Boyolali melarung satu kepala kerbau untuk memohon keselamatan kepada Sang Kuasa dan diberi berkah selama hidup di lereng Gunung Merapi.
Menjelang pukul 00.00, Sabtu dini hari, warga mulai berjajar dan melakukan kirab membawa kepala kerbau ke puncak Gunung Merapi.
Lebih kurang 4 kilometer berjalan, warga Selo sampai ke puncak dan melakukan doa bersama. Kepala kerbau yang ditutupi kain warna putih menjadi simbol rasa hormat warga kepada Sang Penguasa Alam.
Acara yang juga sering disebut Sedekah Gunung tersebut selalu diikuti warga dari lereng Gunung Merapi, khususnya Boyolali.
Dengan berpakaian adat Jawa, warga mulai melakukan persiapan Sedekah Gunung dengan melantunkan doa dan nyanyian.
Baca juga: Grebeg Tumpeng Suro, Masyarakat Dusun Pekulo Rebutan Palawija
Kirab ini dilakukan di Yogyakarya. Masyarakat melakukan kirab mengelilingi benteng tanpa berbicara sebagai bentuk perenungan akan perjalanan hidup selama satu tahun lalu. Biasanya ribuan warga Yogyakarta dan sekitarnya.
Acara dimulai pukul 00.00 WIB. Acara yang dilakukan oleh masyarakat Yogyakarta ini sudah dilakukan secara turun-temurun sebagai bentuk syukur masyarakat Yogyakarta terhadap apa yang didapatkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.