Tak lama sesudah itu, tetua adat Suku Lowa yang sudah dipercayakan menyampaikan tutur adat untuk meminta restu leluhur dalam alam semesta dan Sang Pencipta agar merestui ritual Kebhu tersebut di tahun ini.
“Darah ayam diteteskan di Watu Nurung (batu sesajian) bersama dengan jagung halus untuk dipersembahkan kepada leluhur sebagai penjaga Limbu Mpubu Lea dan Amu, alam semesta dan Sang Pencipta agar saat melaksanakan ritual Kebhu di muara itu bisa menangkap ikan dan biota lainnya oleh ratusan warga yang masuk di dalam kolam tersebut,” jelasnya.
Keturunan Langsung dari Lowa Ngurumoma
Donatus Jimung bersama Mamanya dan Keluarga Suku Lowa lainnya menuturkan, kisah yang diwariskan oleh orangtua dan leluhur Suku Lowa di Kampung Munting bahwa Suku Lowa yang berada di kampung itu merupakan keturunan langsung dari leluhur pertama mereka yang dikenal nama Ngurumoma.
Dikisahkan bahwa Ngurumoma merupakan manusia raksasa di suku tersebut. Ngurumoma dikenal dengan pagat lima jua atau manusia raksasa yang memiliki lebar pinggang tujuh jengkal.
“Ini kisah terus menerus dikisahkan oleh orangtua kami. Orangtua kami memperoleh kisah ini dari leluhur di Suku Lowa di Kampung Munting. Anggota Suku Lowa dilarang makan daging dengan darah. Kecuali makan ikan saat ritual adat berlangsung. Seperti saat seorang anggota suku meninggal dunia maka seluruh anggota keluarga Suku Lowa tidak boleh makan daging berdarah,” jelasnya.
Mama Edeltrudis Anggo kepada Kompas.com di pinggir Limbu Mpubu Lea dan Amu mengisahkan, beberapa tahun lalu saat ritual Kebhu dilaksanakan di Limbu Mpubu Lea dan Amu, ratusan warga yang turun di kolam berhasil menangkap ikan dan biota lainnya.
Ikan yang ada di kolam diantaranya Ikan Mbahu (bahasa rongga) atau Ikan Belana, Tangka Lere, Pipi tea, Kalamango atau kepiting besar, Elo (bahasa Rongga) atau belut, ana Mbo (bahasa Rongga) atau Ipun.
“Kami biasa menangkap ikan dan berbagai biota lainnya di kolam Mpubu Lea dan Amu saat ritual Kebhu dilangsungkan. Ritual ini hanya dilaksanakan setengah hari yang diatur oleh ahli waris Suku Lowa,” kata Mama Edeltrudis Anggo.
Ibu Hamil Dilarang Masuk Kolam
Mama Edeltrudis Anggo menjelaskan, saat ritual Kebhu dilangsungkan, seorang ibu hamil dilarang masuk kolam. Apabila ada seorang ibu hamil masuk dalam kolam maka ratusan warga tidak mendapatkan ikan dan biota lainnya saat ritual itu dilangsungkan. Ikan dan biota lainnya kosong di kolam Mpubu Lea dan Amu. Masih banyak lagi aturan-aturan adat yang harus ditaati.
Merayakan Sumpah Pemuda di Limbu Mpubu Lea dan Amu
Ino Sengkang dan Stefanus Selasa bersama dengan ratusan pemuda dari tujuh desa di kawasan Selatan dari Kabupaten Manggarai Timur bersama dengan wartawan Kompas.com, sejumlah Pastor dan Frater Tahun Orientasi Pastoral dan siswa Seminari Pius XII Kisol merayakan Sumpah Pemuda di Limbu Mpubu Lea dan Amu.
Cara merayakan Sumpah Pemuda dengan mengamati dan melihat langsung ritual Kebhu yang ramah lingkungan dan penuh persaudaraan.
Pastor Edo Sateng, Pr kepada Kompas.com, Minggu (28/11/2018), mengatakan dirinya bersama siswa Seminari Pius XII Kisol serta sejumlah Frater TOP (tahun orientasi Pastoral) sebagai calon imam Katolik melihat dan menyaksikan langsung bagaimana ritual Kebhu dilaksanakan oleh Suku Lowa dan ratusan warga.
Ino Sengkang dan Stefanus Selasa mengungkapkan ritual Kebhu sangat mistis dan ramah dengan lingkungan. “Sungguh terasa mistis pelaksanaan Ritual Kebhu yang dilangsungkan oleh Suku Lowa di Manggarai Timur,” ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.