Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Ramai Pengunjung, Zona Merah Gunung Sinabung Juga Marak Pungli

Kompas.com - 31/12/2018, 09:08 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara pada 2010 tiba-tiba mengalami letusan freatik hingga 2011. Berhenti sesaat, kemudian sejak 2013 sampai hari ini "batuk" terus-menerus. Tingkat aktivitasnya ditetapkan Level IV atau Awas, ini bukan status main-main sebab potensi bahaya lahar mengancam setiap waktu.

Masyarakat, pengunjung dan wisatawan dilarang melakukan kegiatan di dalam radius tiga kilometer untuk sektor Utara-Barat, empat kilometer untuk sektor Selatan-Barat, tujuh kilometer untuk sektor Selatan-Tenggara, enam kilometer untuk sektor Tenggara-Timur, dan empat kilometer untuk sektor Utara-Timur.

Salah kawasan yang masuk dalam zona merah tersebut adalah obyek wisata Lau Kawar. Danau ini tepat berada di kaki Gunung Sinabung, tepatnya di Desa Kutagugung, Kecamatan Namanteran.

Baca juga: Ketenangan Danau Lau Kawar yang Terlupakan

Desa yang berada tepat di punggung gunung ini, pada Desember 2013 luluh lantak dihujani batu dan lumpur erupsi. Rumah warga dan semua fasilitas umum hancur, jalanan tertutup debu tebal, panen gagal, penduduknya wajib mengungsi.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karo langsung menutup pintu masuk ke Lau Kawar sejak 2013 sampai saat ini. Wisatawan dan para pendaki gunung dilarang memasuki kawasan.

Baca juga: Selain Sinabung, Ini Dua Alternatif Wisata Gunung di Tanah Karo

Danau ini pun tak lagi menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD) karena pos retribusi yang berada di pintu masuk ditutup. Penutupan atas dasar menjaga keselamatan itu berdampak pada rusaknya fasilitas umum "ala kadarnya" yang tersedia. Danau menjadi kotor, penuh sampah dan ilalang.

Rupanya, ancaman dan larangan untuk tidak memasuki zona berbahaya tersebut hanya sebentar saja membuat gemetar. Warga diam-diam masih kembali ke rumah dan ladangnya.

Baca juga: Danau Laut Tawar, Cocok untuk Berkemah pada Malam Tahun Baru

 

Begitu juga dengan pengunjung, curi-curi mendatangi danau yang cantik itu. Kesempatan diambil oknum-oknum pemuda setempat yang mengatasnamakan ormas kepemudaan, mereka melakukan pungutan liar (pungli) kepada setiap orang yang datang.

Informasi ini membuat Kompas.com tergerak meninjau lokasi. Bersama beberapa rekan jurnalis lain dan kawan dari pecinta alam, Minggu (23/12/2018) dini hari pekan lalu, tiba di pintu masuk.

Fasilitas umum ala kadarnya yang rusak tak terawat. Danau Lau Kawar di Kabupaten Karo, Sumatera Utara menjadi kotor penuh sampah dan ilalang.KOMPAS.com/MEI LEANDHA Fasilitas umum ala kadarnya yang rusak tak terawat. Danau Lau Kawar di Kabupaten Karo, Sumatera Utara menjadi kotor penuh sampah dan ilalang.
Rombongan dihentikan dua pemuda yang mengaku dari Karang Taruna, meminta "uang partisipasi" yang jumlahnya sukarela. Mereka tidak bisa menunjukkan aturan dan bukti pembayaran, namun menolak diberi uang Rp 10.000 untuk delapan orang.

"Tak ada karcis resminya, kami pemuda setempat yang jaga di sini. Kalau masuk harus bayar, uang partisipasi aja-lah," kata salah seorang dari mereka tanpa menyebutkan namanya dengan nada mengancam.

Seorang jurnalis menjelaskan maksud kedatangan bahwa ingin meliput situasi terkini Gunung Sinabung dan zona merahnya, mereka tak peduli. Tetap memaksa meminta uang sambil menghalangi rombongan masuk. Akhirnya seorang kawan menyalamkan uang Rp 20.000, dan mereka cepat berlalu dengan sepeda motor berisiknya.

Selang tiga menit, rombongan kembali didatangi dua pria lain yang juga mengaku penjaga keamanan danau dan kembali meminta uang partisipasi. Kali ini, perwakilan rombongan menyalamkan uang sebesar Rp 30.000 kepada laki-laki yang mengaku bernama Join Ginting.

"Kalau di depan, itu untuk uang masuk aja. Di dalam ini aku yang jaga, jadi kalian harus bayar lagi. Kalau tak bayar, aku tidak bertanggungjawab dengan keamanan kalia," katanya dengan intonasi tinggi. Aroma minuman keras berhembus dari mulutnya.

Usai urusan 'tetek-bengek' tak penting itu, rombongan mendirikan tenda menunggu pagi yang tinggal tiga jam lagi datangnya. Kami melihat sekeliling, tampak beberapa tenda lain juga berdiri.

Para pemilik tenda itu juga mengaku menjadi korban pungli. Paginya, saat kabut masih mencumbui danau, kami panik sebab dua pasang sepatu yang diletakkan tepat di depan pintu tenda hilang. Rupanya, pemilik tenda lain juga mengalami hal yang sama.

Join Ginting yang menjanjikan keamanan di areal danau pun dicari bak buronan, tapi hasilnya nihil.

Orang-orang yang mendatangi Danau Lau Kawar di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, semakin banyak, berombongan dan bermobil. Angkutan kota setempat juga terlihat sibuk hilir mudik mengantar penumpang.KOMPAS.com/MEI LEANDHA Orang-orang yang mendatangi Danau Lau Kawar di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, semakin banyak, berombongan dan bermobil. Angkutan kota setempat juga terlihat sibuk hilir mudik mengantar penumpang.
"Padahal kami sudah bayar, sepatu hilang juga. udah kami cari si Join Ginting itu, tak jumpa," keluh warga Pancurbatu, Kota Medan dengan wajah lunglai.

Seiring pagi menghilang, orang-orang yang mendatangi danau semakin banyak. Berombongan dan bermobil-mobil, angkutan kota setempat juga terlihat sibuk hilir mudik mengantar penumpang.

Pedagang kaki lima semakin banyak, begitu juga dengan pemilik warung yang tinggal di tepi danau, sibuk melayani pesanan pengunjung.

Kamar mandinya yang dibanderol Rp 2.000 sekali masuk, laris manis. Padahal, tak jauh dari warungnya ada kamar mandi umum yang dibangun pemerintah, tapi kondisinya tanpa air, bau dan penuh kotoran manusia.

Beberapa pengunjung yang ditanyai apakah tidak mengetahui bahwa danau yang didatanginya daerah berbahaya yang dilarang keras memasukinya. Sebagian besar menggeleng dan menjawab dengan "cengengesan."

"Kalau ini berbahaya, kok tak ada larangan atau tanda dilarang masuk?" tanya seorang ibu yang membawa tiga anaknya makan di tepian danau.

Kepala Pos Pemantau dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Gunung Sinabung, Armen Putra yang dikonfirmasi wartawan mengatakan, pihaknya telah menghimbau masyarakat agar tidak beraktifitas di wilayah danau tapi tidak digubris.

"Itu zona merah, namun tidak diindahkan, berarti melanggar rekomendasi kita. Jika terjadi sesuatu, tanggungjawab sendiri," kata Armen.

Orang-orang yang mendatangi Danau Lau Kawar di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, semakin banyak, berombongan dan bermobil. Angkutan kota setempat juga terlihat sibuk hilir mudik mengantar penumpang.KOMPAS.com/MEI LEANDHA Orang-orang yang mendatangi Danau Lau Kawar di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, semakin banyak, berombongan dan bermobil. Angkutan kota setempat juga terlihat sibuk hilir mudik mengantar penumpang.
Dijelaskannya, tugas pos pemantau hanya melakukan pengamatan aktivitas gunung, hasilnya dikoordinasikan kepada pihak-pihak terkait seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan pemerintah setempat sebagai informasi.

"Tugas kita cuma memantau, kalau masalah wisatawan yang semakin banyak datang ke Lau Kawar bukan wewenang kita. Untuk penindakannya ada satgas dan pemerintah setempat," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5 Wisata di Bandung Barat, Ada Danau hingga Bukit

5 Wisata di Bandung Barat, Ada Danau hingga Bukit

Jalan Jalan
Aktivitas Bandara Sam Ratulangi Kembali Normal Usai Erupsi Gunung Ruang 

Aktivitas Bandara Sam Ratulangi Kembali Normal Usai Erupsi Gunung Ruang 

Travel Update
5 Cara Motret Sunset dengan Menggunakan HP

5 Cara Motret Sunset dengan Menggunakan HP

Travel Tips
Harga Tiket Masuk Balong Geulis Cibugel Sumedang

Harga Tiket Masuk Balong Geulis Cibugel Sumedang

Jalan Jalan
Tips Menuju ke Balong Geulis, Disuguhi Pemandangan Indah

Tips Menuju ke Balong Geulis, Disuguhi Pemandangan Indah

Travel Update
Serunya Wisata Kolam Renang di Balong Geulis Sumedang

Serunya Wisata Kolam Renang di Balong Geulis Sumedang

Jalan Jalan
Nekat Sulut 'Flare' atau Kembang Api di Gunung Andong, Ini Sanksinya

Nekat Sulut "Flare" atau Kembang Api di Gunung Andong, Ini Sanksinya

Travel Update
Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Travel Update
Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Travel Update
Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Travel Update
Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Jalan Jalan
Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Jalan Jalan
Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Travel Update
Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Jalan Jalan
YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com