Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Reba Ngada, Pemulihan Hubungan dengan Tuhan, Alam, dan Leluhur...

Kompas.com - 21/01/2019, 18:29 WIB
Markus Makur,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

“Saya bisa menjadi orang besar di negeri ini berkat dari ritual Reba yang setiap tahun dilaksanakan oleh orangtua dan nenek moyang orang Ngada. Saya mengikuti nasihat-nasihat tua-tua adat dan orangtua saat Reba dengan hidup jujur, mandiri dan bekerja keras. Banyak nasihat dari orangtua, tetua adat Ngada yang disampaikan saat ritual Reba dilangsungkan. Syair-syair adat yang diperdengarkan saat ritual Reba memiliki nilai-nilai luhur sebagai modal hidup,” katanya.

Wakil Gubernur NTT asal kampung Langa mengajak masyarakat Ngada, mulai dari anak-anak, orang dewasa dan orangtua untuk taat terhadap ritual adat sebagai fondasi kehidupan. Kita lahir dan dibesarkan dalam lingkungan adat yang diwariskan leluhur.

"Kita harus memahami jejak-jejak perjuangan nenek moyang orang Ngada yang bisa sampai di kawasan perbukitan, lembah dan pegunungan di Kabupaten Ngada ribuan tahun yang lalu<' katanya.

“Nasihat-nasihat adat harus kita taati sebagai kekuatan dalam perjalanan hidup di dunia ini. Nenek moyang orang Ngada saat pengembaraannya tidak pernah lupa dengan adat istiadatnya. Saat tiba di kawasan pegunungan, lembah dan perbukitan Ngada, mereka melangsungkan ritual adat sebagai ucapan syukur atas perlindungan dari pemilik hidup, alam sebagai tempat hunian serta leluhur mereka di tempat asalnya,” sambung Wagub NTT.

Wagub Nai Soi mengajak masyarakat Ngada untuk menanam kembali ubi di kebun masing-masing. Nenek moyang orang Ngada berbekal hidup dengan ubi sebelum mengenal nasi. Uwi atau ubi sebagai makanan pokok dan diritual secara adat.

Seorang perempuan Langa, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, Flores, NTT, Selasa (15/1/2019) sedang mengantar makanan tradisional uwi atau ubi kepada masyarakat yang ikut Ritual Reba. KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Seorang perempuan Langa, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, Flores, NTT, Selasa (15/1/2019) sedang mengantar makanan tradisional uwi atau ubi kepada masyarakat yang ikut Ritual Reba.
Tidak ada di dunia ini melaksanakan ritual Uwi Reba kecuali di masyarakat Ngada. Bahkan, sebagaimana kita dengar kisah perjalanan nenek moyang, dimana mereka membagi-bagikan ubi secara adil sebagai bekal hidup saat menempuh perjalanan panjang dari pesisir pantai menuju ke kawasan pegunungan, lembah dan perbukitan di Kabupaten Ngada.

“Ketika saya renung, saya menemukan betapa kecerdasan sosial dan keadilan di wariskan nenek moyang orang Ngada. Selain itu, saat pengembaraan melewati Samudera Pasifik dengan terpaan ombak dan angina topan, mereka tetap membina dan menjalin tali persaudaraan yang kuat diantaranya. Persatuan yang kokoh diantaranya mereka menjadi kekuatan dalam pengembaraan mereka di dunia ini,” jelasnya.

Ketua DPRD NTT, Anwar Pua Geno, Selasa (15/1/2019),mengatakan Kabupaten Nagekeo mekar dari Kabupaten Ngada secara administrasi, namun ikatan adat istiadat dan kekeluargaan tetap satu.

“Saya lahir di Kampung Tonggo, di Keo saat masih satu dengan Kabupaten Ngada sebelum dimekarkan menjadi kabupaten definitif sendiri. Saya selalu hadir saat ritual Reba dilangsungkan. Ikatan tali persaudaraan dan ikatan kekeluargaan terus terjalin lintas kabupaten karena kita satu dalam ikatan budaya yang diwariskan leluhur orang Ngada dan Nagekeo,” katanya.

Pua Geno memaparkan, DPRD NTT terus mendukung program Pemprov NTT untuk pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Pesta Reba akan ditingkatkan menjadi Festival Reba di tahun akan datang dengan menghadirkan ribuan masyarakat Ngada serta ribuan ubi serta mempromosikan kain tenun.

Para istri pejabat dari lingkungan Pemprov NTT dan Kabupaten Ngada makan uwi (ubi) bercampur nasi dengan wadah wati pengganti piring pabrik saat Ritual Reba Ngada dilangsungkan di Kampung Langa, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, Flores, NTT, Selasa (15/1/2019).KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Para istri pejabat dari lingkungan Pemprov NTT dan Kabupaten Ngada makan uwi (ubi) bercampur nasi dengan wadah wati pengganti piring pabrik saat Ritual Reba Ngada dilangsungkan di Kampung Langa, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, Flores, NTT, Selasa (15/1/2019).
“Saya berterima kasih kepada masyarakat Ngada untuk keserasian dengan pakaian adat semuanya. Saya dan Wakil Gubernur NTT, Josef Nai Soi juga memakai pakaian adat yang disiapkan warga masyarakat Ngada. Ini yang sangat luar biasa. Kita terus pertahankan dengan terus menenun kain adat Ngada khususnya dan Flores pada umumnya,” kata Pua Geno.

Pelaksana Tugas Bupati Ngada, Paulus Soliwoa, Selasa (15/1/2019) menjelaskan, perayaan Pesta Reba memiliki nilai sakral dan magis yang diwariskan leluhur orang Ngada. Sebelum dilakukan pesta Reba, terlebih dahulu dilaksanakan ritual pemecahan uwi yang sebut Su’I Uwi. Pelaksanaan awal dan akhir dari ritual Reba dilakukan di Sa’o Meze Ngada.

“Ini merupakan warisan dari leluhur nenek moyang Ngada untuk selaras dengan alam dan bersyukur kepada Tuhan. Uwi memiliki nilai luhur dan bermartabat sebagai makanan pokok orang Ngada. Orang Ngada tak bisa dipisahkan dengan makanan ubi sebagai makanan yang diwariskan nenek moyang ratusan tahun yang lalu,” katanya.

Soliwoa menjelaskan, Pesta Reba merupakan satu dari sekian destinasi budaya di Kabupaten Ngada. Banyak ritual adat yang diwariskan nenek moyang orang Ngada yang terus dilaksanakan dan dipertahankan. Namun Ritual terbesar di Kabupaten Ngada dengan melibatkan warga kampung adalah Ritual Reba.

“Setiap tahun orang selalu menceritakan tentang Pesta Reba Ngada. Pesta Reba memiliki nilai magis yang memikat orang dari berbagai wilayah di Pulau Flores. Namun, yang menariknya adalah semua orang sama dengan memakai pakaian adat tenun Ngada. Entah itu, pejabat tinggi dan masyarakat biasa sama-sama memakai pakaian adat tenun Ngada,” katanya.

Kaum laki-laki Ngada ditugaskan untuk menyuguhkan tuak atau moke lokal untuk menggantikan minuman air setelah makan uwi (ubi) saat ritual Reba Ngada dilaksanakan di Kampung Langa, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, Flores, NTT, Selasa (15/1/2019). KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Kaum laki-laki Ngada ditugaskan untuk menyuguhkan tuak atau moke lokal untuk menggantikan minuman air setelah makan uwi (ubi) saat ritual Reba Ngada dilaksanakan di Kampung Langa, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, Flores, NTT, Selasa (15/1/2019).
Soliwoa menjelaskan, Pesta Reba akan ditetapkan menjadi festival tahunan Kabupaten Ngada sebagaimana diinformasikan Wagub NTT Josef Adrianus Nai Soi. Informasi ini sangat menggembirakan masyarakat Kabupaten Ngada. Tahun 2020, bukan lagi disebut Pesta Reba melainkan Festival Adat Reba.

“Ini bukti perhatian serius dari Pemprov NTT untuk pengembangan pariwisata di Kabupaten Ngada. Pemkab Ngada siap menyuksekan festival adat Reba tahun depan. Persiapannya di mulai dari sekarang bersama dengan tua-tua adat di Kabupaten Ngada,” tambah Soliwoa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com