Pastor Paroki Santo Arnoldus Janssen dan Josef Waelengga, Godfridus Sisilianus Angkur, Pr mengakui nuansa budaya dalam perayaan Kamis Putih dan Jumat Agung sesuai dengan budaya masyarakat setempat.
"Budaya Tengge dengan kain tenun songke selalu dilaksanakan saat perayaan Kamis Putih bagi 12 Rasul. Bahkan sebagian besar umat memakai Tengge kain tenun songke. Apalagi saat Jumat Agung, seluruh umat memakai kain tenun songke dipadukan dengan baju hitam sebagai tanda berkabung," katanya.
Romo Angkur menjelaskan, tradisi Kepok saat persembahan dengan memakai dialek bahasa Rongga dan Kolor. Jadi Imam juga harus menjawab dengan dialek setempat. "Saya juga belajar bahasa Suku Rongga dan Kolor. Pastoral budaya dan bahasa lokal setempat sehingga pesan Injil dipahami dengan baik," katanya.
Tradisi Lorang Saat Jumat Agung
Umat Katolik merefleksi dan memahami kematian Tuhan Yesus Kristus dengan tradisi kematian orang Manggarai Raya. Salah satunya adalah tradisi Lorang. Lorang merupakan cara orang Manggarai Raya mengantar jenazah sambil melantunkan nyanyian-nyanyian lokal serta menangis bagi seorang keluarga, sahabat yang meninggal dunia.
"Sebuah peti jenazah diusung oleh umat yang mendapatkan tugas sambil seorang perempuan melantunkan nyanyian lokal dan kadang-kadang ikut menangis saat Lorang tersebut. Hiasan kursi untuk menyimpan Salib dengan kain tenun Songke. Ini benar bernuansa budaya saat perayaan Kamis Putih dan Jumat Agung," katanya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.