Menurutnya, Thailand hanya ingin menyampaikan jika wisatawan muslim bisa diterima dengan nyaman di sana. Wisatawan muslim bisa makan di banyak restoran halal serta bisa beribadah sesuai agama dan kepercayaannya.
Didin mengatakan, wisatawan muslim bisa berwisata dengan santai karena Thailand menyediakan tempat ibadah, arah kiblat, tempat berwudhu, makanan halal, dan lain-lain.
Strategi Thailand untuk menggaet wisatawan muslim itu sangat tepat. Sebab, menurut Didin, wisata halal saat ini sedang berkembang.
Melansir data Global Muslim Travel Index (GMTI), wisatawan muslim dunia akan tumbuh 27 persen per tahun, sejak 2000 hingga 2020. Angka riil pertumbuhannya sebesar 158 juta orang wisatawan. Potensi transaksi yang dihasilkan mencapai Rp 3.080 triliun.
Jumlah tersebut melampaui pertumbuhan wisatawan dunia yang ada di kisaran 6,4 persen per tahun, versi World Travel and Tourism Council (WTTC) 2018.
Menurutnya, ada berbagai keuntungan bila menerapkan wisata halal karena pertumbuhan pasar pariwisata halal Indonesia mencapai 18 persen pada 2018. Pergerakan wisman muslim mencapai 2,8 juta orang. Aktivitas tersebut diprediksi menghasilkan aliran devisa hingga Rp 40 triliun.
Baca juga: Mengintip Wisata di Tempat Tinggal Muslim Uighur China
Indonesia, terangnya, saat ini menduduki peringkat 1 Global Muslim Travel Index (GMTI) dari 130 negara, bersama Malaysia. Jauh mengungguli Turki, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar.
Posisi tersebut ditopang beragam pembenahan, seperti aksesibilitas, komunikasi, pengendalian faktor lingkungan, hingga pelayanan.
Didin menerangkan, potensi menggiurkan tersebut sudah direspon oleh stakeholder pariwisata Indonesia. Hanya saja, sebarannya belumlah merata.
“Dari data itu, cukup beralasan bila wisata halal ini dikembangkan. Potensi value-nya itu sangat besar secara ekonomi. Sangat menjanjikan untuk menaikan pertumbuhan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakatnya,” ujar Didin.
Baca juga: Taiwan Gencar Menarik Wisatawan Muslim Asal Indonesia
Lebih lanjut, dia menjelaskan, konsep wisata tersebut sejatinya bisa diterapkan di destinasi manapun. Asalkan, setiap daerah memahami konsepnya secara menyeluruh.
Dia menjelaskan, Indonesia memiliki seluruh prasyarat untuk lebih mengoptimalkan pasar wisata halal tersebut.
“Tidak banyak perubahan untuk mengembangkan wisata halal. Statusnya hanya terfokus pada makanan dan penyediaan tempat ibadah saja,” ucapnya.
Secara kalkulasi, imbuh Didin, tiap destinasi di Indonesia bisa melakukannya, karena sudah tersedia di setiap kota. Hanya perlu sedikit pembenahan pada sisi infastruktur pendukungnya, sebab alam dan budaya Indonesia sangat eksotis.
“Destinasi dengan karakter alam dan budaya khas sangat pas mengadopsi konsep wisata halal ini. Dengan begitu, aliran value secara ekonominya tersebar lebih merata ke tiap daerah,” kata pria yang sudah lebih dari 50 tahun malang melintang di industri pariwisata itu.
Dengan upaya yang dilakukan Kemenpar, ucap Didin, impact positif konsep wisata halal yang muncul akan semakin besar. Sebab, target-target tersebut sangat terbuka untuk terealiasasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.