Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkat Batik, Desa Giriloyo Yogya Bangkit Pasca-gempa

Kompas.com - 19/10/2019, 14:00 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Gempa bumi di Yogykarta pada 2006 sempat membuat hidup banyak orang terpuruk. Tak terkecuali di Desa Giriloyo, Imogiri, Bantul, Yogyakarta.

Namun tak perlu waktu lama, hanya satu tahun berbenah pasca gempa penduduk Desa Giriloyo gotong royong bangkit dari keterpurukan. Motor penggerak masyarakat tak lain adalah batik, warisan nenek moyang Desa Giriloyo.

"Batik ini mulai dikenalkan oleh kerajaan Mataram lebih dari 300 tahun lalu, jadi pada abad 17 kerajaan Mataram memperkenalkan batik pada warga kami," kata Ketua Harian Paguyuban Batik Tulis Giriloyo, Nur Ahmadi ditemui Kompas.com dalam perjalanan Merapah Lima Warisan Budaya Batik, Minggu (13/10/2019).

Nur bercerita bahwa orang keraton dahulu selalu mengenakan kain batik baik untuk aktivitas sehari-hari atau dalam acara tertentu. Ketika Kerajaan Mataram membangun makam raja-raja di Imogiri, Desa Giriloyo adalah desa yang terdekat dengan makam raja-raja.

Baca juga: 5 Penginapan di Yogyakarta Ini Harganya Tak Sampai Rp 100.000

 

Penduduk Desa Giriloyo membatik di teras rumah.Kompas.com/Silvita Agmasari Penduduk Desa Giriloyo membatik di teras rumah.

Maka terjadilah interaksi antara orang Keraton dan penduduk Desa Giriloyo. Salah satunya lewat batik, para penduduk Desa Giriloyo dipercaya untuk membuatkan batik bagi orang keraton. Pasalnya batik butuh pengerjaan yang lama dalam hitungan minggu sampai bulan. 

Dari abad ke 17 tersebut, penduduk Desa Giriloyo turun temurun mengerjakan batik. Bahkan sampai saat ini jika berkunjung ke Desa Giriloyo, mudah sekali menemukan aktivitas batik yang dilakukan warga di teras rumah.

Hal yang berbeda menurut Nur dari abad 17 dengan sekarang adalah, penduduk Desa Giriloyo sudah mandiri dalam mengerjakan batik.

"Puluhan tahun penduduk kami jadi buruh batik, mengerjakan batik di kain putihan kemudian langsung dikirimkan ke juragan-juragan yang dahulu adalah keluarga keraton,"

Baca juga: Romantisnya Puncak Becici, Lokasi Melihat Senja dan Kerlip Yogyakarta

Pada 1980an, penduduk Desa Giriloyo mulai bisa melakukan proses mewarnai kain. Inilah yang membuat mereka bisa menjual kain batik jadi.

Pada 1997 ketika krisis monter terjadi, pembatik Giriloyo juga terkena imbas.

"Namun kami tetap bertahan sampai 2006 terkena gempa. Setengah tahun kami tak ada kegiatan membatik. Kami berusaha memperbaiki rumah tinggal dan fokus dalam penyembuhan trauma pasca gempa," cerita Nur.

Satu tahun pasca gempa, penduduk Desa Giriloyo dibantu Lembaga Sosial Masyarakat yang membantu penyembuhan trauma bangkit dari keterpurukan. Hal ini ditandai dengan pemecahan rekor MURI menggelar selendang batik terpanjang 1.200 meter di jalanan desa.

"Kami memecahkan rekor MURI pada 27 Mei 2007, dan kami bisa dikenal karena itu,"

Desa mandiri karena batik

Jarak Desa Giriloyo dari Tugu Yogyakarta sekitar 18 kilometer butuh waktu berkendara satu jam. Lokasinya terbilang jauh dari pusat kota Yogyakarta, tetapi penduduk desa ini terbilang mandiri dalam perekonomian, tak lain karena batik.

Desa Giriloyo bukan cuma menjual batik, tetapi mengemas batik menjadi program wisata yang edukatif. Pengunjung dapat mengikuti workshop batik dengan paket harga yang bervariasi.

Dalam payung besar Paguyuban Batik Tulis Giriloyo, ada 600 kepala keluarga yang berasal dari tiga dusun bekerja sama untuk mengelola Desa Wisata Giriloyo.

Peran para pembatik bukan lagi cuma menorehkan malam atau mewarnai kain, mereka diajak untuk memandu wisatawan, memasak konsumsi bagi wisatawan, dan menyewakan kamar di rumah untuk homestay.

Penduduk Desa Giriloyo mewarnai kain batik di teras rumah.Kompas.com/Silvita Agmasari Penduduk Desa Giriloyo mewarnai kain batik di teras rumah.

Kini Desa Wisata Giriloyo, menerima tamu sekitar 25.000 orang pertahun. Orang-orang ini yang tertarik untuk belajar membatik

Jika dikalikan dengan harga paket belajar batik dan makan siang yang dihargai Rp 50.000an, maka dalam setahun Desa Wisata Giriloyo mampu mendatangkan Rp 1,25 miliyar.

Uang tersebut masuk ke khas Paguyuban Batik Tulis Giriloyo kemudian didistribusikan langsung kepada anggota yang terlibat dan bekerja.

Bagi Nur, batik bukan cuma selembar kain. Batik adalah suatu warisan budaya yang hidup dan menghidupi Desa Giriloyo.

"Bukti batik itu hidup dari ratusan tahun lalu, Alhamdullilah masih dapat terus dilestarikan. Bukti batik menghidupi dengan adanya batik, kehidupan warga kami terangkat. Semua sinergi dengan pariwisata dan kerajinan batik tulis di sini," pungkas Nur Ahmadi.

Baca juga: Yuk Tonton Merapah 5 Warisan Budaya Batik ke Cirebon, Pekalongan, dan Lasem

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Serunya Wisata Kolam Renang di Balong Geulis Sumedang

Serunya Wisata Kolam Renang di Balong Geulis Sumedang

Jalan Jalan
Nekat Sulut 'Flare' atau Kembang Api di Gunung Andong, Ini Sanksinya

Nekat Sulut "Flare" atau Kembang Api di Gunung Andong, Ini Sanksinya

Travel Update
Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Travel Update
Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Travel Update
Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Travel Update
Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Jalan Jalan
Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Jalan Jalan
Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Travel Update
Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Jalan Jalan
YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

Travel Update
Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Jalan Jalan
Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Jalan Jalan
Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Travel Update
Pendaki Penyulut 'Flare' di Gunung Andong Terancam Di-'blacklist' Seumur Hidup

Pendaki Penyulut "Flare" di Gunung Andong Terancam Di-"blacklist" Seumur Hidup

Travel Update
10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com