PULAU PENYENGAT, KOMPAS.COM - Wisata di Pulau Penyengat, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau terbilang unik. Di sini wisatawan dapat bergaya dengan kostum pernikahan adat setempat.
Wisata dan busana adat diakomodir oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pulau Penyengat, Tanjung Pinang.
Saya dan rombongan yang mengunjungi Pulau Penyengat dalam rangka Familiarization Trip (Famtrip) yang diadakan oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berkesempatan untuk mencoba pakaian pengantin tradisional Melayu.
Jika ingin mencoba pakaian pengantin tradisional tersebut, langsung saja ke Balai Adat Pulau Penyengat. Pakaian yang disediakan bagi wisatawan ini, memang digunakan untuk acara resmi seperti upacara pernikahan.
Pakaian yang dipakai perempuan disebut dengan dengan baju Kebaya Labuh sementara untuk pria disebut Teluk Belanga. Kebaya Labuh sendiri identik dengan bentuknya yang longgar dan panjang, dengan beberapa aksen hiasan berupa selendang, bros, ikat pinggang, dan ikat kepala.
Baca juga: Sejarah Pulau Penyengat, Pulau Hadiah Pernikahan sampai Pusat Pertahanan
Dalam Kebaya Labuh, aksen hiasan yang digunakan adalah selendang yang melintang di tubuh. Perempuan juga memakai bengkung untuk ikat pinggang. Ada juga bros yang dikaitkan di tengah dada, dan terakhir adalah hiasan kepala bernama sunting.
Hiasan kepala ini ada dua macam. Sunting yang dipakai oleh saya merupakan bentuk praktis dari ikat kepala lebih tradisional bernama tanjak. Sunting hanya perlu diikat saja sementara tanjak ditata langsung pada rambut seperti halnya sanggul dalam adat Jawa.
Pakaian tradisional Melayu memang biasanya berbentuk longgar. Hal ini berkaitan dengan ciri khas masyarakat Melayu yang sangat menjunjung tinggi nilai kesopanan, dalam hal ini menutupi aurat dengan mengenakan pakaian longgar.
Baik laki-laki maupun perempuan bisa menggunakan pakaian adat yang tersedia dalam tiga warna berbeda. Ada warna merah, kuning, dan hijau. Ketiga warna ini memiliki filosofi dan makna masing-masing.
Menurut Wawan, salah satu pemandu yang membantu rombongan kami mengenakan baju adat khas Melayu, ketiga warna tersebut merepresentasikan kalangan mana yang bisa menggunakannya.
Baca juga: Masjid di Pulau Penyengat, Konon Dibangun dengan Bahan Putih Telur
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.