Menurut Butler, untuk membuat armada siap untuk disimpan jangka pendek, dibutuhkan waktu sekitar satu minggu atau tiga sampai empat hari.
Pesawat tersebut kemudian akan dicek secara rutin selama setiap bulannya.
“Setiap maskapai penerbangan berbeda satu sama lain. Setiap operator pasti punya program yang berbeda satu sama lain,” jelas Butler.
Bahkan setelah krisis akibat virus corona ini mulai membaik, Boyd mengatakan bahwa konsekuensi jangka panjang akan mungkin terjadi.
Konsekuensinya banyak maskapai penerbangan yang akhirnya kelebihan pesawat selama beberapa tahun ke depan.
“Di beberapa area dunia, tidak mungkin mereka bisa menyerap semua pesawat yang diparkir secepat mungkin setelah krisis ini berakhir,” ujar Boyd.
Baca juga: AirAsia Indonesia Hentikan Sementara Seluruh Penerbangan Mulai 1 April 2020
Selain itu, menurut Butler terdapat pula pesawat-pesawat lebih tua yang kurang efisien ketika disimpan di tempat penyimpanan yang lebih dalam setiap tahunnya.
“Di sanalah kamu harus menyalakan mesin, kamu harus masuk lebih dalam ke dalam mesinnya, melakukan sirkulasi minyak, melakukan sirkulasi untuk semuanya,” jelas Butler.
Tak sedikit maskapai yang mengirim pesawat tua agar pensiun lebih dini. Mereka mempreteli komponen pesawat tua untuk menutup biaya.
“Penyimpanan jangka panjang berarti mengambil komponen-komponen dari pesawat untuk dijual,” ujar Boyd.
Menggunakan atau menjual bagian-bagian pesawat yang sudah tua juga disebut dengan “tear down”, jadi salah satu perhentian terakhir untuk pesawat sebelum masuk ke tempat pembuangan.
“Komponen pesawat tersebut akan digunakan di seluruh dunia. Mereka akan diperbaiki dan diperbaharui agar bisa dipakai untuk terbang kembali,” jelas Butler.
Baca juga: Jangan Tinggalkan di Pesawat, Ini Pentingnya Merobek Boarding Pass
Ia juga menggarisbawahi bahwa American telah mengatakan rencana mereka untuk memotong pesawat Boeing 767 dan Boeing 757 dari armada mereka.
“Satu korban besar adalah A380, keajaiban berisikan 500 kursi,” jelas Boyd.
A380 merujuk pada jet Airbus double-decker yang sebagian besar dari mereka sudah dihentikan operasionalnya dan tak akan pernah melihat langit lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.