Menurut Frans, hal ini bukan hanya kerja sektoral melainkan menyeluruh baik masyarakat, pemerintah, hingga akademisi.
Berbagai disiplin ilmu harus bekerja bersama-sama dan memperbaiki pendekatan-pendekatan kita untuk tidak hanya meningkatkan daya saing tapi juga daya keberlanjutan dari kegiatan kepariwisataan," terangnya.
Untuk itu, ia kembali menegaskan, penutupan tempat wisata dapat menjadi momentum baik untuk menyiapkan destinasi pariwisata ke depan.
"Saat ini momentum untuk untuk membenahi, reopening atau rebound untuk menyiapkan strategi," kata Frans.
"Yang kami tawarkan dari pemerintah adalah menerapkan dan mengaplikasikan pola kerja pariwisata berkelanjutan dengan parameter dan indikatornya secara komprehensif," kata Frans.
Hal serupa juga disampaikan Wakil Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) sekaligus anggota ISTC David Makes.
Kata dia, pariwisata berkelanjutan akan menjadi peluang besar ke depannya, karena selain menjadi kebutuhan wisatawan, dari sisi investasi juga tidak terlalu besar.
Baca juga: [POPULER TRAVEL] The New Normal Pariwisata Indonesia
Ia pun memberi contoh sungai-sungai di Venesia, Italia yang biasanya dasar aliran sungai tidak pernah terlihat, justru kini menjadi bening dan banyak ikan dan lumba-lumba di sana.
"Tanpa harus melakukan reinvestment secara besar-besaran, tapi mengkapitalisasi yang sudah ada di sekitar destinasi, namun dengan sedikit sentuhan berkelanjutan maka bisa melahirkan pariwisata baru baik sebagai destinasi maupun sebagai sebuah produk pariwisata," kata David.
"Namun dibutuhkan pemimpin untuk dapat melahirkan yang kita sebut 'new normal' pariwisata," ujarnya.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang turut dalam teleconference mengatakan sependapat bahwa arah kebijakan pembangunan berkelanjutan menjadi peluang besar dalam menyambut pariwisata pasca pandemi.
Ia mengatakan pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah siap dan memiliki program recovery pariwisata, salah satunya dengan pendekatan pariwisata berkelanjutan.
"Tinggal bagaimana konsistensi daerah membuat regulasi. Misalnya kami membuat Perdes bagaimana sawah tidak boleh dibangun, kemudian di sekitar bandara juga tidak boleh dibangun dan seterusnya," kata dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.