Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Local Champion dalam Ekowisata, Apa Itu?

Kompas.com - 08/05/2020, 10:05 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Bicara soal pariwisata tak lepas dari bidang konservasi alam, plus kerjasama antar-lembaga guna mencapai pariwisata yang berkelanjutan.

Direktur Jenderal Konservasi dan Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Wiratno menyarankan ekowisata berbasis komunitas harus digalakkan guna menjaga pembangunan keberlanjutan.

Adapun ia mengatakan, kunci dari pembangunan ini adalah dari segi pendampingan dan menemukan pemain lokal atau local champion dari setiap wilayah.

"Saya kira dengan community based yang menjadi kunci adalah pendampingan yang agak lama, dan kedua kita harus menemukan local champion," kata Wiratno.

"Kalau tidak bisa menemukan local champion itu sangat sulit," kata lanjutnya dalam video conference bertemakan "Pemanfaatan Jasa Lingkungan untuk Pariwisata", Rabu (6/5/2020).

Ia pun mencontohkan daerah yang berhasil menerapkan community based di Indonesia yaitu Tangkahan, Kalibiru, Jatimulyo, dan kampung Saporkren di Sorong Papua.

Baca juga: Tangkahan dan Kalibiru, Contoh Wisata Alam Berbasis Komunitas

Seorang turis asing berfoto bersama gajah-gaah di kawasan Ekowisata Tangkahan, Langkat, beberapa waktu lalu. Sumut berpotensi kehilangan pendapatan Rp 5,2 miliar setiap bulan akibat virus corona.KOMPAS.COM/DEWANTORO Seorang turis asing berfoto bersama gajah-gaah di kawasan Ekowisata Tangkahan, Langkat, beberapa waktu lalu. Sumut berpotensi kehilangan pendapatan Rp 5,2 miliar setiap bulan akibat virus corona.

Menurutnya, daerah-daerah tersebut berhasil menemukan local champion dan pendampingan bagi pelaku usaha wisata serta masyarakat lokal.

Selain itu, kata dia, ekowisata berbasis komunitas dapat mengubah birokrat yang selama ini justru mempersulit daerah.

"Makanya saya membuat 10 prinsip urus hutan konservasi. Pertama harus respek dan memanusiakan manusia. Masyarakat sebagai personal, sebagai subjek bukan objek. Ini prinsip dasar," ujarnya.

Hal ini sudah diujicoba oleh Wiratno kepada seluruh stafnya kala bekerja sama dengan masyarakat lokal tempat konservasi, dan berjalan dengan mudah.

Kendati tidak mengalami hambatan, ia mengatakan kunci lainnya adalah kesabaran dalam pendampingan pelatihan masyarakat.

Baca juga: Pariwisata Berkelanjutan dan Mengapa Indonesia Butuh Ini

Spot Bintang dan Jeep Wilis di Kalibiru 2 di dekat destinasi Pulepayung. Kalibiru 2 akan beroperasi  pada sehari setelah lebaran. Dokumentasi Pokdarwis Kalibiru Spot Bintang dan Jeep Wilis di Kalibiru 2 di dekat destinasi Pulepayung. Kalibiru 2 akan beroperasi pada sehari setelah lebaran.
"Nah kalau ini dikeroyok atau kerjasama dengan kementerian desa, kemenkop, dan kemenparekraf, serta lainnya. Harus ada contoh nyatanya. Ini yang saya sebut exercise prototyping, atau role modelnya," jelasnya.

Adapun dalam proses pembelajaran untuk masyarakat sekitar perlu dikawal oleh masing-masing kementerian/lembaga.

Baca juga: Wisata Super Premium Pulau Komodo untuk Pariwisata Berkelanjutan?

Sementara itu dari pihak akademisi, pakar kehutanan Insititut Pertanian Bogor (IPB) Ricky Avenzora, mengingatkan untuk tidak mengorbankan masyarakat kecil di sekitar tempat konservasi atau wisata alam.

"Jangan sampai masyarakat kecil kita korbankan sebagai bahan pembelajaran untuk masyarakat besar yang bisa meraup keuntungan lebih besar," kata Ricky.

"Saya sangat sepakat, bicara konservasi adalah bukan hanya bicara soal ekonomi, tapi pertanyaan terbesarnya adalah kenapa kita masih gagal hingga saat ini," terangnya.

Baca juga: Boon Pring, Serunya Wisata Alam Bernuansa Bambu

Oleh karena itu, Ricky kembali menekankan perlunya pemimpin terkait komunal dalam ekowisata, salah satunya melalui pembangunan induk koperasi pariwisata nasional.

Ia berharap, pendirian Koperasi Sentra Wisata Alam Nusantara (Kopi Setara) bisa membuat desain prototipe tersebut.

"Jangan sampai gagal mendesain, karena akan menjadi situasi berkecamuk, persaingan luar biasa. Hancur nanti kita semuanya," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Nekat Sulut 'Flare' atau Kembang Api di Gunung Andong, Ini Sanksinya

Nekat Sulut "Flare" atau Kembang Api di Gunung Andong, Ini Sanksinya

Travel Update
Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Travel Update
Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Travel Update
Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Travel Update
Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Jalan Jalan
Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Jalan Jalan
Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Travel Update
Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Jalan Jalan
YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

Travel Update
Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Jalan Jalan
Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Jalan Jalan
Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Travel Update
Pendaki Penyulut 'Flare' di Gunung Andong Terancam Di-'blacklist' Seumur Hidup

Pendaki Penyulut "Flare" di Gunung Andong Terancam Di-"blacklist" Seumur Hidup

Travel Update
10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

Jalan Jalan
Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com