Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Staycation, Tren Wisata Pascapandemi Terkendali

Kompas.com - 24/05/2020, 19:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Frangky Selamat

TAHUN 2020 akan dikenang sebagai era gelap di dalam sejarah hidup umat manusia. Sejak wabah Covid-19 ditetapkan pada 11 Maret 2020 oleh WHO sebagai bencana kesehatan global, dampak negatif yang diberikannya ke berbagai sektor sungguh luar biasa.

Jauh sebelum status tersebut ditetapkan, sektor pariwisata adalah sektor pertama yang merasakan dampak negatif itu.

Pembatalan perjalanan wisata, penutupan hotel dan tempat wisata, pemutusan hubungan kerja dan sebagainya, menjadi efek berantai yang panjang.

Baca juga: Apa Itu Protokol Global di New Normal Pariwisata?

Pandemi Covid-19 bukan yang pertama menghantam sektor pariwisata. Pada 2002-2003 virus SARS meluluhlantakkan sektor wisata di 26 negara dan menginfeksi 8.000 orang dengan 800 jiwa melayang.

Jika dibanding dengan kondisi sekarang, tentu tidak sepadan. Per 1 Mei 2020, virus Covid-19 telah menginfeksi 3.175.207 jiwa dengan korban meninggal sebesar 224.172 jiwa di seluruh dunia (www.who.int). Pariwisata Indonesia turut menderita di dalamnya.

Secara umum, terdapat tiga sektor yang terdampak luar biasa yaitu pariwisata, penerbangan dan maritim serta otomotif.

Kontribusi sektor pariwisata terhadap produk domestik bruto (PDB) memang tidak sebesar otomotif yaitu 2,8 persen.

Adapun sektor otomotif berkontribusi 4,3 persen dan penerbangan sebesar 1,9 persen.

Sekalipun demikian, Pike (2008) mengemukakan bahwa pada basis global, industri pariwisata dalam sejarahnya terbukti memiliki ketahanan (resiliensi) dengan pemulihan yang cepat di berbagai krisis besar yang pernah terjadi.

Itu pun dengan catatan bahwa para pemangku kepentingan melakukan sejumlah aksi agar bencana (disaster) ini tidak menjadi krisis berkepanjangan.

Pike juga mengemukakan bahwa sebagian besar pengelola destinasi tidak memiliki contingency plan untuk menghadapi situasi krisis yang dipicu bencana. Kondisi saat ini mencerminkan itu.

Sambil terus menunggu pandemi terkendali dan penemuan vaksin virus, sejumlah pengelola destinasi wisata mencoba berbenah dan bersiap diri ketika kondisi berangsur normal, walaupun diyakini tidak sepenuhnya normal namun menjadi "new normal".

Kebiasaan yang berubah ketika pandemi dan terus berlaku menjadi sebuah kebiasaan baru.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com