Kedua, faktor utama yang mendorong konsep staycation adalah keterjangkauan dibandingkan dengan liburan konvensional. Staycation lebih murah dengan jangka waktu liburan yang lebih singkat.
Krisis ekonomi yang dipicu oleh pandemi telah memukul daya beli sebagian besar masyarakat. Berwisata yang telah menjadi kebutuhan hidup tidak terhindarkan lagi, namun melakukan penghematan biaya menjadi tidak kalah penting.
Pada kondisi "old normal" sebelum pandemi, konsep staycation digunakan oleh banyak keluarga yang sehari-harinya sibuk dengan rutinitas lalu mencoba mencari "quality time" bersama anggota keluarga lain di sela-sela waktu yang padat.
Pada saat itu juga, liburan konvensional masih dianggap lebih menarik karena banyak tiket pesawat dan diskon hotel yang membuat liburan konvensional tersebut lebih terjangkau dan atraktif.
Secara psikologis juga masih ada "perasaan liburan" yang hilang karena destinasi yang dekat dengan tempat tinggal atau di lingkungan yang relatif sama.
Pada kondisi "new normal" pascapandemi, konsep staycation akan menemukan momentum yang tepat.
Sembari berharap situasi cepat pulih dan kondusif, tidak ada salahnya para pemangku kepentingan destinasi wisata mulai bersiap diri dan mengambil ancang-ancang.
Konsep staycation akan menjadi langkah awal pemulihan sektor wisata Indonesia.
Frangky Selamat
Dosen Tetap Program Studi S1 Manajemen Bisnis, FEB Universitas Tarumanagara