Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Susu Sedunia 2020, Sejak Kapan Manusia Mulai Minum Susu?

Kompas.com - 01/06/2020, 18:41 WIB
Yana Gabriella Wijaya,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi

Sumber BBC,Time

JAKARTA, KOMPAS.com - Susu sapi menjadi salah satu minuman yang kerap dikonsumsi masyarakat dunia. Olahan susu seperti keju dan mentega pun kerap menjadi bahan utama beragam makanan.

Namun sebenarnya sejak kapan manusia mulai mengonsumsi susu sapi? 

Melansir BBC, sekitar 10.000 tahun yang lalu, masih banyak manusia yang tidak mengenal  apa itu susu dan orang yang mengonsumsinya masih jarang.

Berawal dari penggembala di Eropa Barat

Orang pertama yang minum susu secara teratur adalah petani dan penggembala di Eropa Barat.

Tradisi menggembala dan hidup berdampingan dengan hewan ternak membuat orang dari Eropa Barat memanfaatkan susu sapi sebagai bahan pangan.

Baca juga: Sejarah Susu di Indonesia, Dulu Dianggap Darah Putih

Hingga saat ini susu menjadi sajian yang rutin dikonsumsi oleh masyarakat di kawasan Eropa Utara, Amerika Utara, dan negara lainnya.

Ilustrasi susu sapi segar dituang ke kontainer. SHUTTERSTOCK/RATTIYA THONGDUMHYU Ilustrasi susu sapi segar dituang ke kontainer.

Sementara itu, manusia juga mamalia yang mengonsumsi susu dari mamalia lain.

Dilansir Time, sejarah mencatat bahwa pada zaman Romawi bayi yang ibunya meninggal atau tidak mampu menyusui memiliki dua alternatif untuk mendapatkan susu.

Ada cara alami dengan menggunakan jasa seorang perempuan yang disebut wet nurses yang bersedia memberikan asinya kepada bayi orang lain.

Wanita yang bekerja sebagai wet nurses harus memiliki sikap dan sifat yang baik. Banyak aturan agar bisa menjadi wet nurses.

Sementara ada juga cara buatan agar bayi mendapatkan susu yaitu dari mamalia lain. Hal ini lebih kontroversial, karena susu tersebut mengandung jumlah lemak, protein, dan gula yang berbeda.

Banyak orang mempertanyakan kesehatan bayi yang menerima susu dari mamalia lain termasuk sapi.

Bukan hanya sapi, pada saat itu susu dari mamalia lain yang dianggap baik adalah susu unta, susu kambing, dan susu keledai.

Ilustrasi peternakan sapi di Belanda. SHUTTERSTOCK/MISIGN Ilustrasi peternakan sapi di Belanda.

Lalu kenapa yang kita kenal selama ini adalah susu sapi?  Jawabannya sederhana, karena sapi adalah yang paling produktif dan mudah untuk dipekerjakan dan diternak dibandingkan jenis mamalia lain.

Sebab tingkat produksinya yang sangat tinggi, jenis sapi Holstein yang memiliki motif hitam dan putih telah menjadi standar di seluruh dunia.

Terlepas dari kenyataan bahwa susunya memiliki kualitas yang lebih rendah daripada mamalia lain yang kurang produktif.

Susu menjadi makanan pertama yang diuji di laboratorium

Pada abad ke-18 dan ke-19, saat masa mengonsumsi susu menjadi gaya hidup, orang Eropa dan Amerika semakin gencar menggunakan metode ini sebagai pengganti ASI. Hal ini bukan menjadi inovasi tetapi berubah menjadi bencana.

Baca juga: Cara Mudah Panaskan Susu Segar, Pasteurisasi ala Rumahan

Di kota besar seperti New York, Boston, Chicago, London, dan Paris, tingkat kematian pada bayi menanjak tinggi.

Hal yang memprihatinkan terjadi di Manhattan, terdapat perusahaan susu yang dibangun di sebelah tempat pembuatan bir.

Sapi perahnya diberi makan sisa air kotor dari pembuatan bir. Pada tahun 1840-an, hampir setengah bayi yang lahir di Manhattan meninggal.

Akhirnya susu tersebut diteliti di laboratorium dan ditemukan organisme yang sangat kecil yang hanya dapat dilihat dalam mikroskop. Organisme ini sangat kuat dan telah mencemari susu.

Ilustrasi proses pasteurisasi susu sapi. SHUTTERSTOCK/SSPOPOV Ilustrasi proses pasteurisasi susu sapi.

Penemuan ini dikenal sebagai "teori kuman," dibuat oleh ilmuwan Perancis Louis Pasteur. Dia juga menemukan solusi untuk masalah ini yaitu susu bisa dipanaskan atau dimasak kembali agar kuman di dalamnya mati.

Pada tahun 1908, Chicago mengesahkan undang-undang pertama yang membuat pasteurisasi susu sebagai persyaratan hukum.

Namun pola pikir masyarakat yang mengatakan jika susu mentah lebih sehat dan lebih enak rasanya tidak pernah hilang.

Susu yang dipasteurisasi memiliki tingkat kesehatan yang tinggi tapi sedikit yang menggemarinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com