Dugong di Alor
Kompas.com sempat mengunjungi Alor dan ikut serta atraksi wisata menonton dugong pada 2017 silam. Plus, bertemu dan wawancara langsung dengan Onesimus Laa (51).
One merupakan aktivis lingkungan di Alor sekaligus "pawang" dugong. Ia bercerita pertama kali bertemu dengan dugong--kini jadi salah satu aktraksi wisata--pada 2009.
Sejak saat itu, One dan dugong tersebut menjalin hubungan semacam persahabatan. Hal ini dibuktikan lewat interaksi semacam komunikasi antara One dan dugong tersebut.
Baca juga: Wisata Tak Biasa, Melihat Persahabatan Duyung dan Pak One di Alor
Seiring berjalan waktu, keberadaan dugong di Pantai Mali pun menjadi daya tarik wisata di Alor. Namun, One tidak serta merta menjadikan dugong sebagai obyek wisata.
One disebut memperlakukan dugong layaknya rekan dengan mengikuti dasar yang memikirkan keberlanjutan dugong tersebut.
"Wisata yang bertanggung jawab adalah wisata yang mengutamakankan aspek lingkungan, mendorong keberlanjutan. Supaya aset atau modal aneka hayati pariwisata tetap terjaga," kata Marine and Fisheries Campaign Coordinator WWF Indonesia, Dwi Aryo Tjiptohandono, pada 2017 silam.
Baca juga: Berapa Bujet Backpacking ke Alor?
Selain atraksi wisata menonton dugong, wisatawan juga berkesempatan untuk mengunjungi tempat wisata lain, seperti Kampung Adat Takpal, melihat Al-quran dari kulit kayu, melihat moko, hingga wisata taman laut.
Ke depan, pihaknya juga terus mempromosikan destinasi wisata dugong di Alor ke rekan-rekan pelaku wisata yang ada di berbagai negara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.