Hari Raya Kuningan juga tak terlalu dirayakan dengan meriah oleh umat Hindu di Bali. Hal ini karena puncak perayaan tetap ada di Hari Suci Galungan.
Pitana mengatakan, wajar apabila Hari Raya Kuningan digelar secara sederhana oleh umat Hindu di Bali maupun di daerah lain.
"Kuningan itu kecil. Biasalah, seperti kita upacara di kantor, dibuka menteri, ditutup pak lurah, misalnya. Jadi pembukaannya besar, penutupannya sekadarnya saja," ujar dia.
Meski begitu, bukan berarti tidak ada tradisi yang dilaksanakan umat Hindu pada saat Kuningan.
Masyarakat Desa Munggu, Mengwi, Kabupaten Badung, Bali, selalu merayakan Hari Raya Kuningan dengan menggelar Tradisi Mekotek.
Baca juga: Inilah Tradisi Mekotek di Hari Raya Kuningan
Diberitakan Kompas.com, Sabtu (20/2/2016), warga Desa Munggu mengaku bangga memiliki tradisi leluhur yang sudah menjadi ikon pariwisata yang ditunggu-tunggu setiap enam bulan sekali ini.
"Ya setiap Kuningan pasti digelar tradisi ini. Saya bangga jadi masyarakat di sini yang memiliki tradisi leluhur ini," kata Kadek Arta, warga Desa Munggu, Sabtu (20/2/2016).
Tradisi Mekotek identik dengan warga Desa Munggu yang mempersiapkan peralatan batangan kayu yang akan dijadikan sarana perang kayu atau Mekotek sebagai tradisi leluhur.
Kayu itu sudah dalam kondisi kulitnya terkelupas dengan panjang antara 2 sampai 2,5 meter. Mekotek digelar pada sore hari dan utamanya diikuti kaum pria berusia 12-60 tahun.
Tongkat kayu yang mereka bawa diadu membentuk seperti piramid. Para pria yang menjadi peserta Mekotek ini mencoba adu nyali untuk naik ke puncak kumpulan kayu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.