Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tips Cegah Acute Mountain Sickness Saat Pendakian

Kompas.com - 03/11/2020, 20:15 WIB
Nabilla Ramadhian,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi

 

KOMPAS.comAcute mountain sickness (AMS) merupakan penyakit yang kerap menyerang pendaki yang tubuhnya belum terbiasa dengan ketinggian gunung yang didaki.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) Rahman Mukhlis mengatakan, gejala AMS ringan meliputi sakit kepala, mual dan pusing, kehilangan nafsu makan, kelelahan, sesak napas, tidur terganggu, dan lemas untuk bergerak.

Untuk menghindari terkena AMS saat mendaki, apa yang harus dilakukan oleh calon pendaki sebelum memulai perjalanan?

Baca juga: Mendaki Gunung Prau Jalur Patak Banteng? Kuotanya 1.200 Orang Per Hari

“AMS disebabkan karena perbedaan ketinggian. Pencegahannya adalah aklimatisasi yang baik,” katanya kepada Kompas.com, Selasa (3/11/2020).

Adapun, aklimatisasi merupakan proses penyesuaian tubuh pendaki terhadap ketinggian gunung yang akan dituju.

Menurut Rahman, para pendaki pemula harus melakukan penyesuaian dengan cara mendaki gunung secara bertahap. Tingginya pun disarankan tidak lebih dari 1.000 meter dari permukaan laut (mdpl).

  • Ritme konstan dan tidak terburu-buru

Biasanya, AMS dapat menyerang pendaki yang berada di ketinggian sekitar 2.500 mdpl. Rahman menuturkan bahwa AMS merupakan penyakit yang tidak dapat diprediksi.

AMS juga bisa menyerang pendaki yang berpengalaman karena sejumlah faktor, salah satunya ritme mendaki.

“Tips menghindari AMS, mendaki dengan ritme yang konstan dan pelan. Hindari mendaki terlalu cepat saat memasuki zona high altitude,” ungkap Rahman.

 

Gunung Lawu kembali bertopi  Rabu pagi Sejumlah warga menyaksikan fenomena Gunung Lawu bertopi dari pukul 0600 WIB hingga pukul 0700 WIB. Topi awan di Atas Gunung Lau berbentuk baret.KOMPAS.COM/SUKOCO Gunung Lawu kembali bertopi Rabu pagi Sejumlah warga menyaksikan fenomena Gunung Lawu bertopi dari pukul 0600 WIB hingga pukul 0700 WIB. Topi awan di Atas Gunung Lau berbentuk baret.

  • Tidak terburu-buru

Untuk pendakian di atas 4.000 mdpl, Rahman menyarankan agar pendaki hanya meningkatkan ketinggian 300 mdpl per hari.

“Setiap 900 mdpl dari elevasi yang diperoleh, ambil hari istirahat atau bermalam untuk menyesuaikan diri,” ungkap Rahman.

Baca juga: 5 Tips Mendaki Gunung Saat Musim Hujan, Bawa Pakaian Lebih Banyak

Dia juga menyarankan agar pendaki tidak terlalu terburu-buru, terlalu percaya diri, dan bergerak lebih tinggi selama 24 jam pertama.

  • Bermalam di tempat yang rendah

Saat mendaki ke tempat yang lebih tinggi, Rahman menyarankan agar para pendaki bermalam di tempat yang lebih rendah.

“Misal di ketinggian 2.000 mdpl, mendaki sampai 2.700 mdpl. Kalau bisa kita bisa bermalam di ketinggian 2.500 mdpl,” ungkap Rahman.

Kendati terlihat seperti menghabiskan waktu, namun cara tersebut merupakan langkah yang tepat agar tubuh terbiasa dengan lingkungan sekitar.

 

Lahan pertanian milik warga di jalur pendakian Gunung Prau via Igirmranak, Wonosobo, Jawa Tengah.Dokumentasi Adi Permana Lahan pertanian milik warga di jalur pendakian Gunung Prau via Igirmranak, Wonosobo, Jawa Tengah.

  • Jaga daya tahan tubuh

Saat sedang mendaki, pastikan asupan makanan dan minuman tetap terjaga agar daya tahan tubuh tetap stabil dan tubuh tidak mengalami dehidrasi.

“Faktor yang penting itu minum air putih. Istirahat yang cukup malamnya. Jadi mendakinya dari pagi ke sore tidak lebih dari 8 jam, lalu istirahat yang teratur dan cukup sekitar 6-8 jam,” kata Rahman.

Menurutnya, proses aklimatisasi sering disertai dengan kehilangan cairan. Mengonsumsi banyak cairan sekitar 4-7 liter air per hari dapat mencegah tubuh terserang dehidrasi.

Baca juga: Simak, Cara Menuju Gunung Gede Pangrango dari Jakarta

Untuk asupan makan, Rahman menyarankan pendaki untuk mengonsumsi makanan berkalori tinggi. Selanjutnya, hindari mengonsumsi minuman beralkohol, dan gunakan pakaian serta peralatan yang nyaman dan sesuai.

“Jika mulai menunjukkan gejala AMS ringan, jangan mendaki lebih tinggi sampai gejala penyakit berkurang. Jika gejala meningkat, segera turun ke tempat yang lebih rendah,” ujar Rahman.

“Pastikan setiap orang dalam tim benar-benar mampu menyesuaikan dengan iklim, cuaca, dan ketinggian sebelum mendaki ke tempat yang lebih tinggi,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Naik Whoosh, Dapat Diskon dan Gratis Masuk 12 Tempat Wisata di Bandung

Naik Whoosh, Dapat Diskon dan Gratis Masuk 12 Tempat Wisata di Bandung

Travel Update
7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

Hotel Story
6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com