KOMPAS.com – Ketua Bidang Kompetisi, Pengurus Besar Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Kalimantan Selatan Joni Kurniawan mengatakan, tambang di kawasan hutan mengancam wisata arung jeram.
“Penambangan liar di hutan juga berpengaruh kenapa air menjadi keruh, erosi. Semuanya itu menjadi perhatian teman-teman operator,” kata dia.
Pernyataan tersebut Joni sampaikan dalam webinar Indonesia Adventure Travel Trade Association (IATTA) bertajuk “Membangkitkan Kembali Pariwisata Indonesia Melalui Wisata Petualangan” pada Kamis (14/1/2021).
Baca juga: Arung Jeram Lukup Badak, Cocok untuk Wisata Keluarga
Selain penambangan liar di hutan, ada juga isu lainnya yang memengauhi keberlangsungan usaha wisata arung jeram, yaitu debit air.
Adapun, debit air dipengauhi persoalan lingkungan seperti perubahan iklim dan lingkungan sekitar area arung jeram yang rusak.
“Ini jadi prioritas utama semua operator bahwa alam harus dijaga bersama. Pencemaran sungai, beberapa sungai ada limbah dari sampah rumah tangga, industri, maupun dari pertambangan yang menggunakan bahan-bahan berbahaya,” ujar Joni.
Kelakuan lain manusia yang pengaruhi wisata arung jeram
Dia melanjutkan, pengambilan pasir atau batu di sungai yang tidak mementingkan kelestarian sungai dapat merusak badang sungai dan bentang alam di sepanjang alur sungai.
Berdasarkan data yang Joni sampaikan dari hasil survei, turunnya debit air memengaruhi keberlanjutan usaha wisata arung jeram sebesar 70 persen.
Sementara itu, kondisi ekonomi yang membuat para operator menutup usahanya dinyatakan memiliki pengaruh sekitar 53 persen. Kemudian, limbah atau pencemaran sungai memengaruhi sebesar 38 persen.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.