KOMPAS.com – Ketua Bidang Wisata dan Konservasi Asosiasi Wisata Goa (Astaga) Ferry Saputra mengatakan, wisata goa memiliki potensi untuk dikembangkan menggunakan konsep community-based tourism atau pariwisata berbasis masyarakat.
“Wisata goa juga bagian dari konservasi kawasan karst. Kalau kawasan karst sudah dikelola masyarakat untuk wisata, biasanya banyak perusahaan besar berpikir dua kali untuk kuasai lahannya karena kekuatan masyarakat lebih besar,” ungkapnya.
Baca juga: Sokoliman, Situs Purbakala di Dekat Goa Pindul
Pernyataan tersebut disampaikan olehnya dalam webinar Indonesia Adventure Travel Trade Association (IATTA) bertajuk “Membangkitkan Kembali Pariwisata Indonesia Melalui Wisata Petualangan” pada Kamis (14/1/2021).
Pariwisata berbasis masyarakat adalah praktik pengelolaan wisata oleh masyarakat yang mana keuntungan yang didapat bisa langsung dirasakan oleh masyarakat.
Menurut Ferry, salah satu tantangan besar yang ditemui dalam industri wisata goa adalah eksploitasi pabrik semeng dan pertambangan.
Dengan diusungnya konsep pariwisata berbasis masyarakat, menurutnya hal tersebut justru akan membuat kawasan karst memiliki manfaat terhadap lingkungan lebih lama.
Baca juga: Bertualang di Goa Pindul
“Ke depan, Indonesia akan terus mengutamakan wisata dibanding pertambangan. Jadi ini siap-siap teman-teman di daerah yang punya goa,” ujar Ferry.
Mengutip Lipi.go.id, Senin (10/4/2017), karst merupakan bagian dari ekosistem yang menjadi habitat dari beragam flora dan fauna langka, kawasan mineral tak terbarukan, serta tempat untuk mempelajari masa lalu.
Sebagian besar dari luasnya kawasan karst di Indonesia mencapai 154.000 kilometer persegi telah menyediakan sejumlah mata air bagi kehidupan masyarakat sekitar.
Terjadinya eksploitasi tak terkendali dalam kawasan karst memiliki potensi untuk merusak ekosistem makhluk hidup di sana.
Pengelolaan wisata goa oleh masyarakat
Salah satu tempat wisata di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta yang terkenal akan wisata goanya yakni Goa Pindul telah lama menerapkan konsep pariwisata berbasis masyarakat dalam pengelolaan wisatanya.
Adapun, Goa Pindul yang berlokasi di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo dikelola oleh masyarakat setempat melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Maju Mandiri.
Baca juga: KLHK Dorong Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat
Mengutip Kemendesa.go.id, BUMDes Maju Mandiri berhasil mengelola kawasan wisata goa tersebut dan berhasil mendapat penghasilan mencapai Rp 5,8 miliar per tahun.
Kendati BUMDes tersebut baru mulai mapan dan semakin berkembang sejak 2016, namun mengutip Kompas.com, Selasa (16/9/2014), warga setempat sudah menjadikannya sebagai tempat wisata sejak 2010.
Selama berada di sana, wisatawan bisa melakukan susur goa menggunakan pelampung dan ban. Para wisatawan akan dipandu selama lebih kurang 45 menit.
Sepanjang melakukan kegiatan wisata, para pengunjung dapat melihat deretan stalagmit dan stalagtit indah yang memeuni goa sepanjang 350 meter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.