Di bawah kekuasaan raja keempat, Prabu Hayam Wuruk yang didampingi Mahapatih Gajah Mada, Majapahit menjadi kerajaan yang termahsyur.
Dikutip dari "Hikayat Majapahit: Kebangkitan dan Keruntuhan Kerajaan Terbesar di Nusantara", pada masa jayanya, Majapahit memiliki 98 kerajaan bawahan.
Kerajaan-kerajaan tersebut membentang dari Sumatera hingga Papua. Kerajaan tersebut juga menguasai wilayah yang kini menjadi negara Singapura, Malaysia, Brunei, Timor Timur dan bagian selatan Filipina.
Kejayaan Majapahit ini tentu tak bisa terlepas dari peran Gajah Mada dan pasukannya.
Sebagai seorang patih, Gajah Mada memimpin pasukan Bhayangkara dengan sangat baik.
Baca juga: Sepenggal Majapahit di Museum Trowulan
Gajah Mada disebut sebagai pemimpin yang kuat dan pandai dalam membuat strategi perang. Ia juga mampu menganalisa masalah dengan sangat baik.
Berdasarkan "Majapahit Kingdom", pasukan Bhayangkara merupakan pasukan yang dilatih secara khusus untuk mengatasi beragam hambatan.
Pasukan berjumlah sekitar sepuluh orang ini dilatih untuk menggunakan beragam senjata. Mereka bahkan juga mampu menggunakan barang-barang biasa sebagai senjata.
Gajah Mada memiliki peranan penting dalam kejayaan Majapahit. Tokoh yang terkenal dengan Sumpah Palapa ini memiliki keinginan yang sangat kuat untuk menyatukan Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit.
Dalam Sumpah Palapa yang diucapkannya, Gajah Mada berjanji tidak akan makan dan minum sampai berhasil menyatukan Nusantara. Berkat kegigihannya, Gajah Mada berhasil menepati sumpahnya menyatukan.
Dalam "Majapahit Kingdom", Gajah Mada yang selama ini berhasil menyatukan nusantara terpaksa dicopot jabatannya sebagai patih setelah pertempuran Majapahit dengan Kerajaan Sunda pecah.
Meski memenangkan pertempuran tersebut, Dyah Pitaloka, putri Kerajaan Sunda yang ingin dinikahi Raja Hayam Wuruk memilih bunuh diri.
Alhasil, Hayam Wuruk pun memecat Gajah Mada dan mengasingkannya di sebuah wilayah bernama Madakaripura.
Baca juga: Pameran Virtual Museum Brawijaya, Hadirkan Majapahit secara Digital