Setelah meninggalnya Paku Buwono, Kerajaan Mataram semakin terguncang karena berbagai aksi pemberontakan. Perebutan kekuasaan antara Paku Buwono II dan Raden Mas Said menimbulkan peristiwa besar yang disebut Geger Patjina.
Sejumlah konflik antara pihak kerajaan, VOC, dan pemberontak akhirnya memunculkan Perjanjian Giyanti pada 1755. Perjanjian ini menyatakan bahwa Mataram dibagi menjadi dua bagian.
Baca juga: 6 Oleh-oleh Kerajinan Khas Mataram, Ada Kendi Maling
Bagian barat, yang meliputi wilayah Yogyakarta, diberikan pada Pangeran Mangkubumi. Sang pangeran pun naik tahta dengan menyandang gelar Hamengku Buwono I. Mangkubumi kemudian membangun sebuah keraton di wilayah tersebut.
Sementara itu, bagian timur yang meliputi wilayah Surakarta dan sekitarnya diberikan kepada Sri Susuhan Paku Buwono III.
Kemudian melalui Perjanjian Salatiga yang dibuat pada 1757, Sunan Paku Buwono III menyerahkan wilayah Karanganyar dan Wonogiri kepada sepupunya, Raden Mas Said.
Raden Mas Said kemudian menobatkan dirinya sebagai Mangkunegoro I dan memimpin Puro Mangkunegaran sampai 1795.
Baca juga: Raja-Raja Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram berdiri setelah Pangeran Benowo yang saat itu memimpin Pajang menyerahkan kekuasaannya pada Sutawijaya. Penguasa Mataram ini memiliki gelar Panembahan Senopati.
Berikut ini adalah sederet raja yang pernah berkuasa dan memimpin Kerajaan Mataram:
Baca juga: Sejarah Banyuwangi dari Kerajaan Blambangan sampai Zaman Belanda
Sumber:
Kebudayaan dan Kerajaan Islam di Indonesia karangan Iriyanti Agustina, yang dipublikasikan pada tahun 2018 oleh Derwati Press.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.