YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Gunungkidul menyebutkan, ada lebih dari 7.000 pelaku wisata terdampak secara ekonomi akibat kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat yang terus diperpanjang.
Dampak Kebijakan tersebut diperkirakan lebih parah dibanding tahun 2020 yang merupakan awal pandemi Covid-19.
"Kali ini kemungkinan lebih banyak yang terdampak," kata Kepala Dispar Gunungkidul Asti Wijayanti saat ditemui wartawan di Wonosari, Rabu (4/8/2021).
Baca juga: PPKM Diperpanjang, Tempat Wisata di Gunungkidul Masih Tutup
Menurut dia, salah satu faktor kenapa dampak PPKM Darurat lebih parah adalah minimnya simpanan finansial pelaku wisata.
Saat penutupan di awal pandemi, pelaku wisata masih bisa bertahan hidup selama 3 sampai 4 bulan dengan simpanan yang dimiliki.
Namun saat penutupan kedua ini, dampaknya cukup besar. Saat tempat wisata buka lagi untuk uji coba, pemasukan belum sepenuhnya normal dan harus tutup lagi saat PPKM Darurat.
Baca juga: Masih PPKM, Petugas Putar Balik Kendaraan Wisatawan yang Nekat Datang ke Gunungkidul
Asti mengungkapkan jika Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) berencana memberikan bantuan untuk memulihkan wisata dan Gunungkidul masuk didalamnya.
Dana yang disiapkan mencapai Rp 2,4 triliun. Namun untuk jumlah sasaran hingga bentuknya seperti apa disebut masih dibahas.
"Pastinya bukan tunai, tapi diarahkan untuk kegiatan-kegiatan yang mendorong wisata lebih siap saat akan dibuka kembali," tutur Asti.
Sementara itu, Bupati Gunungkidul Sunaryanta mengatakan bahwa penutupan kawasan wisata kebijakan dari pusat. Pihaknya tinggal mengikuti saja untuk meminta pelaku wisata Gunungkidul lebih sedikit bersabar.
Pada sisi lain, pihaknya turut mengapresiasi pelaku wisata yang hingga kini masih bersedia mengikuti peraturan pemerintah.
Sebelumnya, pemilik rumah makan di Pantai Kukup, Kelurahan Kemadang, Tanjungsari, Mujiyanto mengatakan, penutupan kawasan wisata selama hampir satu bulan menyebabkan dirinya tak mendapatkan penghasilan.
"Warung tutup, tetapi segala kebutuhan tetap harus dipenuhi. Mulai makan hingga angsuran, terus berjalan," ucap Mujiyanto.
Dia khawatir jika penutupan kawasan wisata diperpanjang maka akan banyak warung makan atau tempat usaha di kawasan wisata tutup.
Saat ini dirinya praktis hanya mengandalkan tabungan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Baca juga: PPKM Sampai 9 Agustus 2021, Ini Syarat Tempat Wisata yang Boleh Buka
"Lama kelamaan tabungan yang dimiliki habis dan ujung-ujungnya banyak yang gulung tikar," kata Mujiyanto.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.