Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 02/02/2022, 19:59 WIB
Kistin Septiyani,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Batak merupakan suku yang tinggal di sekitar Danau Toba, Sumatera Utara. Suku ini tersebar hampir di seluruh wilayah provinsi Sumatera Utara.

Mengutip buku Suku-suku Bangsa di Summatera karya Giyanto, nenek moyang Suku Batak merupakan kelompok Proto Melayu atau Melayu Tua.

Kelompok ini berasal dari Asia Selatan dan bermigrasi ke Nusantara melalui Pulau Sumatera.

Dari semenanjung Malaya, mereka menyeberang ke Pulau Sumatera dan akhirnya menetap di sekitar Danau Toba, Sumatera Utara.

Baca juga:

Kelompok Proto Melayu kemudian membangun sebuah permukiman di Sianjur Mula-mula. Pemukiman tersebut berkembang dan menyebar ke wilayah sekitarnya.

"Ada beberapa versi tentang nenek moyang suku bangsa Batak. Salah satu versi menyebutkan bahwa nenek moyang suku bangsa Batak adalah si Raja Batak," tulis Giyanto.

Menurut buku Tarombo Borbor Marsada yang dikutip Giyanto, Raja Batak memiliki tiga orang putra. Ketiga anak itu lah yang menjadi awal mula marga di suku Batak.

Sebelas subsuku Batak

Ilustrasi suku Batak Toba, di Desa Huta Tinggi, Samosir, Sumatera Utara DOK.Shutterstock/IntansinShutterstock/Intansin Ilustrasi suku Batak Toba, di Desa Huta Tinggi, Samosir, Sumatera Utara DOK.Shutterstock/Intansin

Menurut Giyanto, Suku Batak memiliki sebelas subsuku yang tercatat. Subsuku tersebut meliputi, Batak Karo, Batak Toba, Batak Papa, Batak Simalungun, Batak Angkola, Batak Mandailing, Batak Dairi, Batak Nias, Batak Alas, Batak Gayo, dan Batak Kluet.

"Dari subsuku bangsa tersebut ,ada lima subsuku bangsa yang menjadi subetnis utama Batak, yaitu Toba, Pakpak, Simalungun, Karo, dan Mandailing," terang Giyanto.

Subsuku lainnya diketahui memisahkan diri dan membentuk identitas baru menjadi suku berbeda.

Misalnya, subsuku Gayo yang menjadi Suku Gayo dan subsuku Nias yang menjadi Suku Nias.

Suku Batak menyebar hampir di seluruh Provinsi Sumatera Utara dan sebagian wilayah Aceh. Sebagian besar dari mereka masih tinggal di sekitar Danau Toba.

Menurut Giyanto, Suku Batak hidup secara berkelompok dalam satu kampung yang disebut huta atau kuta dalam bahasa Karo.

Setiap huta biasanya didiami beberapa keluarga yang masih memiliki ikatan kekerabatan.

Baca juga: Mendalami Kehidupan Suku Batak Toba di Desa Wisata Huta Tinggi

Bahasa Batak

Tari Sipitu khas Batak DOK. Shutterstock/Maulana ImageShutterstock/Maulana Image Tari Sipitu khas Batak DOK. Shutterstock/Maulana Image

Suku Batak menggunakan bahasa Batak untuk berkomunikasi sehari-hari. Setiap subetnis memiliki logat atau dialek tersendiri dalam mengucapkan Bahasa Batak.

Mengutip Warisan Leluhur karya Uli Kozok, ahli bahasa membedakan Bahasa Batak ke dalam dua cabang.

Perbedaan dari kedua cabang tersebut terlalu besar, sehingga tidak memungkinkan adanya komunikasi antara kedua kelompok bahasa tersebut.

Batak Angkola, Mandailingi, dan Toba membentuk rumpun selatan. Sedangkan Batak Karo dan Pakpak-Dairi termasuk ke dalam rumpun utara.

Baca juga: Mi Gomak sampai Dali Ni Horbo, Kuliner Khas Batak di Desa Huta Tinggi

Batak Simalungun sering digolongkan ke dalam rumpun ketiga yang berada di antara utara dan selatan.

Namun menurut ahli bahasa Adelaar, dialek Simalungun sebenarnya berasal dari rumpun selatan.

"Semua bahasa Batak berasal dari satu bahasa purba (proto language) yang sebagian kosa katanya dapat direkonstruksi," tulis Kozok dalam buku tersebut.

Agama Suku Batak

Ada satu nama penting yang berhubungan dengan keyakinan masyarakat Batak yaitu Debeta Mula Jadi Na Bolon. Sosok ini dipercaya sebagai pencipta alam semesta dan tinggal di atas langit.

Menurut Nelita Br Situmorang dalam jurnalnya yang berjudul Eksistensi Agama Lokal Parmalim, agama yang dianut Suku Batak awalnya disebut Parmalim atau Ugamo Malim.

"Pemeluk Agama Pamalim bersikeras dengan keyakinan yang kukuh bahwa Malim adalah sebuah agama yang mereka yakini sebagai kepercayaan yang turun temurun dari keturunan pertama darah batak," tulis Situmorang.

Suku Batak di Pulau Samosir, Danau Toba, Sumatera Utara DOK. Shutterstock/Lenisecalleja PhotograhyShutterstock/Lenisecalleja Photograhy Suku Batak di Pulau Samosir, Danau Toba, Sumatera Utara DOK. Shutterstock/Lenisecalleja Photograhy

Dalam keyakinan tersebut, Mulajadi Na Bolon dipercaya sebagai Tuhan Yang Maha Besar tempat semua makhluk berasal. Penganut Ugamo Malim beribadah di Bale Parsaktian atau disebut juga Bale Pasogit.

Menurut masyarakat Batak, agama ini pertama kali berdiri pada 497 Masehi (M) atau 1450 tahun Batak. Mereka menggunakan kitab suci yang bernama Pustaha Habonoron.

Ajaran Agama Kristen mulai masuk ke Suku Batak pada tahun 1863. Ajaran agama ini dibawa para misionaris yang datang ke Sumatera.

"Namun kini mayoritas suku bangsa Batak memluk agama Kristen. Ada juga yang memeluk Agama Islam, tetapi persentasenya masih cukup kecil," imbuh Giyanto.

Baca juga: Homestay Unik Desa Huta Tinggi Pulau Samosir, Menginap di Rumah Adat Batak

Gereja pertama yang berdiri di wilayah tersebut adalah Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Gereja ini dibangun di Huta Dame, Tarutung.

Agama Kristen masuk dan berkembang ke wilayah pelosok, termasuk Samosir, Dairi, Karo, dan Simalungun pada tahun 1920-an.

Dilansir dari Adat dan Iman Kristen di Tanah Batak karya Togar Nainggolan, penyebaran ajaran agama Katolik oleh para misionaris pada tahun 1930 sampai 1970 sangat berhasil.

Jumlah pemeluk agama Katolik meningkat secara drastis dalam kurun waktu sembilan tahun. Antara tahun 1950 sampai tahun 1959, jumlah penduduk beragama Katolik di Medan tercatat mencapai 101.550 orang, yang awalnya hanya sekitar 35.524 orang.

Baca juga: 9 Tempat Wisata Samosir, dari Perbukitan hingga Desa

Rumah adat Suku Batak

Rumah adat Suku Batak berbentuk rumah panggung dengan bahan dasar berupa kayu. Rumah adat ini disebut Rumah Bolon di kalangan Batak Toba.

Mengutip Analisis Arsitektur pada Rumah Tradisional Batak Toba di Kabupaten Toba Samosir, Balinge karya Yunita Syafitri Rambe, rumah Batak memiliki oranamen berupa ukiran dinding yang khas.

Ornamen di rumah adat Suku Batak memiliki makna yang berkaitan dengan kesejahteraan, keselamatan, serta perlindungan bagi penghuni dan desanya.

Rumah adat Batak Toba, Samosir, Sumatera Utara DOK. Shutterstock/Julius BramantoShutterstock/Julius Bramanto Rumah adat Batak Toba, Samosir, Sumatera Utara DOK. Shutterstock/Julius Bramanto

Motif yang banyak ditemukan, antara lain gorga, singa-singa, dan gajah dumpak.

"Rumah tradisional Batak Toba di Balige ada dua jenis, yaitu ruma dan sopo," tuis Rambe.

Ruma merupakan bangunan tradisional Suku Batak yang digunakan sebagai tempat tinggal. Sedangkan sopo berupakan bangunan yang digunakan untuk menyimpan padi pada zaman dulu.

Baca juga: Ruma Gorga, Rumah Adat Batak yang Sarat Makna

Kain Ulos khas Batak

Pembuatan kain ulos khas Batak di Sumatera Utara DOK. Shutterstock/Zulfikri SasmaShutterstock/Zulfikri Sasma Pembuatan kain ulos khas Batak di Sumatera Utara DOK. Shutterstock/Zulfikri Sasma

Ulos merupakan kain hasil budaya khas Batak. Kain ini memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Batak.

Ulos secara harfiah berarti selimut. Kain ini merupakan hasil tenun berbentuk selendang dengat motif khas Suku Batak.

Menurut Giyanto, masyarakat setempat menganggap kain ulos sebagai lambang kasih sayang yang dapat memberikan kehangatan.

Masyarakat Batak selalu menggunakan kain ulos hampir di setiap upacara adat yang diselenggarakan.

Kain ini menjadi komponen penting dalam upacara kelahiran, pernikahan, kematian, dan penyambutan tamu agung.

Baca juga: 14 Jenis Ulos, Kain Kebanggaan Suku Batak

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com