Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Olahraga Tradisional Indonesia yang Bisa Dicoba, Ada Bentengan

Kompas.com - 24/09/2021, 07:14 WIB
Kistin Septiyani,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia terkenal akan keragaman budaya dan kesenian, termasuk olahraga dan permainan tradisional yang berasal dari beragam daerah.

Masing-masing jenis olahraga memiliki cerita dan cara bermain yang berbeda. Kemampuan yang diuji di tiap olahraga pun beragam, mulai dari ketangkasan hingga kemampuan merancang strategi. 

Berikut lima olahraga tradisional Indonesia yang sudah Kompas.com rampung:

Seput atau sumpitan

Sumpitan, olahraga tradisional dari Kalimantan DOK. Shutterstock/WidhibekShutterstock/Widhibek Sumpitan, olahraga tradisional dari Kalimantan DOK. Shutterstock/Widhibek

Dilansir dari Peralatan Hiburan dan Kesenian Tradisional Daerah Kalimantan Timur karya Suwardi dan Achmat, seput merupakan alat olahraga tradisional yang berasl dari permainan rakyat di Kalimantan.

"Dalam bahasa Kenyah dinamai keleput, Suku Bulungan menamai seput, suku Berau menyebutnya sumpian dan suku Benua' menyebutnya semput," tulis Suwardi dan Achmat. 

Olahraga ini menggunakan alat yang terbuat dari kayu berbentuk panjang. Kayu yang biasa digunakan adalah kayu ulin.

Cara memainkan olahraga ini adalah dengan meniup lubang kayu yang sudah berisi anak sumpitan. Anak sumpitan tersebut biasanya terbuat dari kulit batang enau yang diraut hingga sebesar lidi.

Anak sumpitan tersebut diembuskan menggunakan teknis bernapas agar terdorong keluar dan mengenai sasaran. Dengan teknik yang tepat, anak sumpitan bisa melaju dengan cepat dan jauh.

Baca juga: Sumpitan, Senjata Beracun yang Kini Jadi Alat Olahraga Tradisional

Bentengan

Ilustrasi Bentengan DOK. Shutterstock/Apry AjeShutterstock/Apry Aje Ilustrasi Bentengan DOK. Shutterstock/Apry Aje
Dilansir dari Olahraga Tradisional Indonesia karya Khamdani, bentengan merupakan olahraga tradisional yang dilakukan secara beregu. Olahraga ini berasal dari Jawa Tengah.

Adapun olahraga atau permainan tradisional tersebut kini telah menyebar ke berbagai daerah dengan beragam nama, seperti bebentengan atau benteng.

Olahraga ini dilakukan oleh dua kelompok, masing-masing beranggotakan empat sampai delapan orang. Kedua kelompok membuat sebuah markas berupa pilar atau tiang.

Salah satu kelompok berperan sebagai penawan dan kelompok lainnya menjadi yang tertawan.

Kelompok penawan dapat mengejar anggota kelompok lawan dan menjadikan mereka tawanan dalam benteng saat menyentuhnya.

Tawanan bisa terbebas dari markas musuh apa bila rekan satu regu berhasil menyelamatkannya. Penyelamatan dilakukan hanya dengan menyentuh tawanan yang ada di dalam markas.

Olahraga ini memerlukan kecepatan berlari dan kemampuan strategi untuk menghindari kejaran kelompok penawan.

Baca juga: Kasti, Permainan Baseball ala Indonesia

Balap bakiak

Bakiak, permainan tradisional Indonesia DOK. Shutterstock/E. S. NugrahaShutterstock/E. S. Nugraha Bakiak, permainan tradisional Indonesia DOK. Shutterstock/E. S. Nugraha

Olahraga atau permainan tradisional ini tentu bukan suatu hal yang asing lagi. Balap bakiak biasanya diselenggarakan dalam rangka memeriahkan Hari Kemerdekaan tiap 17 Agustus. 

Balap bakiak dilakukan secara berkelompok. Biasanya setiap kelompok terdiri dari tiga orang.

Ketiganya harus mengenakan bakiak yang sama dan berlomba dengan kelompok lain menuju hari akhir lintasan. Kelompk yang paling cepat mencapai garis finish dinyatakan sebgai pemenang perlombaan tersebut.

Olahraga tradisional ini memerlukan kerja sama tim yang baik dan ketangkasan dalam berlari menggunakan bakiak.

Baca juga: Balap Bakiak, Olahraga Tradisional Pengasah Kerja Sama Tim dan Ketangkasan

Dakep nyongkok

Ilustrasi DOK. Shutterstock/TOM...FotoShutterstock/TOM...Foto Ilustrasi DOK. Shutterstock/TOM...Foto
Dakep nyongkok merupakan permainan dan olahraga tradisional dari Bali. Kata dakep sendiri berarti menangkap dan nyongkok berarti jongkok.

"Jumlah pemain disesuaikan dengan tempat yang tersedia. Biasanya semakin banyak jumlah pemain, permainan akan semakin semarak dan menyenangkan," tulis Khamdani.

Permainan ini dilakukan di lapangan terbuka dengan arena luas yang sudah dibatasi. Dari sejumlah pemain akan ada satu orang yang menjadi tukang tangkap dan mengejar pemain lainnya.

Tukang tangkap harus mengejar pemain yang berlari di dalam arena. Pemain yang dikejar tak boleh melewati batas arena yang sudah ditentukan.

Jika tertangkap maka pemain tersebut harus bergantian menjadi tukang dakep. Untuk menyelamatkan diri, mereka bisa berjongkok.

Baca juga: Kenalan dengan 5 Olahraga Asli Indonesia, Ada yang Dilombakan di PON XX Papua 2021, Lho!

Dhul-dhulan atau gobak gendul

Ilustrasi hompimpa DOK. Shutterstock/antoni halimShutterstock/antoni halim Ilustrasi hompimpa DOK. Shutterstock/antoni halim

Olahraga tradisional dhul-dhulan atau gobak gendul berasal dari Yogyakarta. Permainan ini dilakukan oleh dua sampai 12 orang.

Dalam permainan ini, para pemain harus menyeberang dari satu lingkaran ke lingkaran lainnya dengan melewati penjaga.

Jika mereka tersentuh oleh penjaga yang menghalangi, maka pemain tersebut juga akan ikut berperan sebagai penjaga. Pemain dikatakan menang jika bisa menyeberang tanpa tertangkap oleh penjaga.

Baca juga: Wisata Baru Pantai Sigurgur di Samosir, Puas Nikmati Olahraga Air

Sumber:

Suwardi & Hasjim Achmat. 1993. Peralatan Hiburang dan Kesnian Tradisional Daerah Kalimantan Timur. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Khamdani, A. 2018. Olahraga Tradisional Indonesia. Singkawang: PT Maraga Borneo Tarigas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Tips Menginap Hemat di Hotel, Nyaman di Kantong dan Pikiran

6 Tips Menginap Hemat di Hotel, Nyaman di Kantong dan Pikiran

Travel Tips
Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Travel Update
8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

Travel Tips
Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Travel Update
Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com