Dalam penuturannya, Joshua menggunakan smartphone realme 9 Pro+ yang memiliki kamera utama beresolusi 50 megapiksel (MP). Berkat kecanggihan kamera ini, gradasi warna yang berhasil ditangkap lebih beragam ketimbang dengan mata telanjang. Ia pun terkagum akan fenomena alam ini.
“Padahal, saturasinya enggak dinaikkan. Tiba-tiba, (hasil fotonya) ada gradasi yang beraneka warna. Itulah mengapa gua ini disebut sebagai Gua Berlian,” tuturnya.
Setelah menyelisik keindahan Gua Berlian, Joshua melanjutkan penelusuran ke Gua Telapak Tangan. Gua ini berjarak kurang lebih 15 menit dari Gua Berlian dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki.
Joshua menjelaskan, kondisi Gua Telapak Tangan lebih gelap ketimbang Gua Berlian. Oleh karena itu, ia mengandalkan headlamp sebagai alat penerang saat memasuki area gua.
“Menariknya, di dalam gua tersebut terdapat jejak-jejak keberadaan manusia purba yang bentuknya menyerupai telapak tangan manusia,” terangnya.
Baca juga: Berburu Blue Fire di Gunung Ijen, Berikut Persiapan dan Tips yang Perlu Diperhatikan
Selain itu, imbuh Joshua, terdapat jejak lain yang berbentuk seperti ikan.
“Pemandangan Gua Telapak Tangan mengagumkan. Bentuk telapak tangan pada dinding gua benar-benar seperti telapak tangan sungguhan. Ini fenomena alam yang sangat menarik,” kata Joshua.
Adapun gua lain yang patut dikunjungi di gugusan karst Rammang-Rammang adalah Gua Allo.
Joshua menjelaskan, Gua Allo merupakan gua indah yang tergolong basah. Letaknya tepat berada di sisi barat Gua Berlian. Gua ini dikeliling oleh air laut Pulau Sombori. Saat air laut surut, bagian dalam Gua Allo berubah menjadi danau dengan air yang jernih.
“Untuk memotret di Gua Alo sebaiknya di pagi hari karena lokasinya berada di sebelah Gua Berlian. Pasalnya, cahaya di Gua Alo sangat soft. Bahkan, ada satu lubang di ujung gua yang membuat cahaya yang masuk tampak lebih dramatis layaknya ray of light. Suasananya luar biasa indah,” kata Joshua.
Baca juga: Memotret Keabadian Kayangan Api di Bojonegoro, Api Abadi yang Sudah Ada sejak Zaman Majapahit
Dalam memotret keindahan deretan gua di karst Rammang-Rammang, Joshua menggunakan sejumlah lensa kamera yang tersemat pada realme 9 Pro+, seperti kamera wide angle, utama, dan macro.
Lensa wide angle, misalnya. Joshua memanfaatkannya untuk menangkap panorama gua secara keseluruhan sehingga kondisi gua bisa tergambar dengan baik, terutama Gua Berlian.
“Saya juga menggunakan fitur on-hand. Hasilnya jernih dan tidak shaky. Selain itu, fitur dual macro juga saya gunakan saat dalam memotret kondisi low-light. Dengan fitur ini, kesan detail berliannya menjadi lebih jelas,” terangnya.
Itulah keindahan tiga gua unik di kawasan karst Rammang-Rammang yang bisa dieksplor dengan menggunakan kamera smartphone realme 9 Pro+.
Baca juga: Menemukan Hidden Gem di Pulau Weh, Surga bagi Penggemar Fotografi
Sebagai informasi, pada program Nawa Cahaya: Capture The Unique Lights in Indonesia, fotografer profesional dari National Geographic Indonesia ditantang untuk berburu foto lanskap alam dalam kondisi low-light di sembilan destinasi unik Indonesia.
Total, ada delapan fotografer yang terlibat dalam perjalanan mengabadikan momen low-light di sembilan destinasi tersebut. Mereka adalah Palson Yi, Didi Kaspi Kasim, Rendra Kurnia, R Berto Wedhatama, Joshua Marunduh, Azwar Ipank, Valentino Luis, Dwi Oblo, Budiono. Karya fotografi smartphone yang mereka hasilkan dapat dilihat di https://realme9lights.kompas.com/.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.