KOMPAS.com – Chernobyl merupakan suatu bekas pembangkit listrik tenaga nuklir yang ada di Negara Ukraina.
Namun, pembangkit listrik itu sudah tidak lagi beroperasi karena terjadi kecelakaan pada 26 April 1986. Bahkan, kecelakaan itu menyebabkan area di sekitar Chernobyl menjadi tidak bisa dihuni manusia.
Hingga saat ini, para ilmuan telah memperkirakan zona eksklusi sejauh 19 mil atau sekitar 30 kilometer (km) di kawasan Chernobyl. Setidaknya selama 3.000 tahun kemudian, barulah kawasan tersebut baru bisa dihuni manusia, karena tingkat radiasinya yang sangat tinggi.
Baca juga: 7 Warisan Budaya UNESCO yang Terancam Akibat Perang Rusia-Ukraina
Hingga kini, upaya penahanan dan pemantauan radiasi masih terus berlanjut dan pembersihan diperkirakan akan berlangsung hingga setidaknya tahun 2065.
Berikut adalah fakta Chernobyl di Ukraina yang perlu diketahui, dikutip oleh Kompas.com dari Foxnews.com, Sabtu (26/2/2022).
Kecelakaan itu terjadi di area “Hutan Merah” dengan luas sekitar 6 km. Hutan berwarna hijau ini menjadi coklat kemerahan dan mati karena tanaman dan pohon menyerap begitu banyak radiasi tingkat tinggi yang berbahaya.
Kawasan tersebut “secara paradoks telah menjadi suaka unik bagi keanekaragaman hayati,” seperti yang disebutkan di Forum Chernobyl pada 2005.
Lantaran tak ada manusia lagi yang tinggal di kawasan tersebut, populasi satwa liar, termasuk serigala, beruang, elang, lynx, dan rusa telah meningkat dibanding sebelumnya.
Saat mereka berkembang biak, radiasi terbukti menyebabkan adanya kelainan yang bisa membuat mereka tak bertahan hidup.
Baca juga: Kapal Pesiar Hentikan Pelayaran ke Rusia dan Ukraina Akibat Perang
Misalnya ada burung dengan paruh yang cacat, kemudian tingkat terjadinya katarak juga tinggi, albinisme, hingga penurunan tingkat bakteri yang menguntungkan.
Zona eksklusi yang tidak bisa dihuni sejak bencana terjadi memang ada. Namun, pihak berwenang dari Ukraina membuka kawasan Chernobyl sebagai tempat wisata pada 2011.
Wisatawan yang datang akan dipandu untuk melihat satwa liar dan menjelajahi kota-kota tak berpenghuni, ditambah dengan lanskap dari Pripyat.
Kota yang dulu punya populasi mencapai lebih dari 45.000 jiwa kini benar-benar kosong dengan barang-barang yang ditinggalkan secara tergesa-gesa.
Dulunya, banyak pekerja pabrik dan keluarganya yang tinggal di tempat ini yang sekarang benar-benar menjadi kota mati.
Demi keamanan tur di kawasan radiasi, pemandu akan membawa dosimeter atau alat pengukur radiasi. Selain itu selama ada di zona radiasi, wisatawan juga tidak diperbolehkan untuk makan ataupun merokok di luar.
Baca juga: 10 Negara Paling Santai di Dunia, Indonesia Peringkat Pertama
Perlu diketahui juga setelah adanya miniseri “Chernobyl” di HBO, pariwisata ini juga mengalami peningkatan sebesar 40 persen.
Pembangkit listrik tenaga listrik di Chernobyl diketahui tidak punya bangunan penahan atau cangkang kedap gas yang mengelilingi reaktor.
Cangkang yang biasanya berbentuk kubah dan terbuat dari beton dan baja itu berfungsi untuk membatasi produksi fusi yang dilepaskan selama kecelakaan ke udara.
Baca juga: 8 Festival Unik di Dunia, Ada Lomba Gendong Istri dan Lempar Tomat
Selain tak adanya bangunan penahan, kecelakaan besar bisa terjadi lantaran sistem keselamatan darurat reaktor juga telah dimatikan saat melakukan pengujian.
Ada pekerja yang secara tak bijak menonaktifkan sistem pendingin teras darurat berserta sistem keselamatan utama lainnya. Uap pun menumpuk yang membuat reaktor terlalu panas.
Kerugian besar akibat radiasi setelah ledakan terjadi sangat cepat, hanya dalam beberapa minggu saja. Pada 15 menit awal setelah ledakan, radioaktif menurun menjadi seperempat dari nilai awalnya.
Kemudian, setelah satu hari setelahnya turun menjadi seperlima belas, lalu dalam tiga bulan turun menjadi kurang dari satu persen.
Saat reaktor nomor 4 meledak, tiga reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir lainnya yang ada di Chernobyl dimatikan.
Namun, dalam waktu satu setengah tahun kemudian atau lebih, sisa reaktor yang masih bisa berfungsi tetap digunakan, meski sudah mendapat kecaman dari dunia internasional.
Bahkan, ribuan operator pembangkit terus bekerja. Baru setelah ada kebakaran aula turbin, dilakukanlah penutupan reaktor nomor 2 pada tahun 1991.
Meskipun tengah mengalami bencana besar, pihak berwenang Uni Soviet menutupi kejadian ini dari warganya sendiri dan negara-negara tetangga. Perlu diketahui, saat itu Chernobyl masih masuk dalam wilayah Uni Soviet.
Semua itu terungkap setelah pemantau udara Swedia mendeteksi sejumlah besar radiasi di atmosfer yang tampaknya berasal dari Uni Soviet pada 28 April 1986.
Akhirnya Uni Soviet didesak untuk mengakui kejadian tersebut, dan mengaku bahwa ada dua orang yang tewas akibat ledakan di Chernobyl.
Baca juga: 5 Hotel Unik dari Seluruh Dunia, Ada yang Mirip Iglo dan Anjing
Sayangnya, Uni Soviet masih berbohong jika kondisi dan situasinya masih terkendali bahwa kecelakaan di Chernobyl masih aman.
Akhirnya baru pada 6 Mei 1986 sekolah di Kiev ditutup dan penduduk diperingatkan untuk tetap tinggal di dalam rumah.
Laporan mengenai berapa orang yang diterjunkan untuk melakukan pemadaman dan pembersihan pascaledakan, jumlahnya bervariasi.
Dikatakan, ada setidaknya 600.000 orang yang terjun secara langsung untuk menangani pembersihan kontaminasi radiasi di Chernobyl. Mereka dikenal dengan nama “likuidator” dan diberi berbagai fasilitas khusus setelah melakukan pembersihan.
Baca juga: 10 Tempat Wisata di Dunia yang Terancam Hilang akibat Perubahan Iklim
Diketahui mereka akan menerima manfaat seperti perawatan kesehatan tambahan dan pembayaran. Pastinya orang-orang tersebut juga terkena radiasi tingkat tinggi.
Hingga saat ini, tidak diketahui secara pasti berapa sebenarnya korban dari ledakan di Chernobyl.
Walaupun orang terakhir yang hidup pada hari ledakan telah meninggal, kematian akibat Chernobyl dari radiasi masih akan ada karena sudah memasuki rantai makanan.
Menurut Badan penelitian kanker Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada sekitar 9.000 orang akan meninggal karena kanker dan leukemia terkait Chernobyl, jika kematiannya mengikuti pola yang mirip dengan bom atom Hiroshima dan Nagasaki di Jepang.
Baca juga: 10 Negara dengan Tingkat Kejahatan Tertinggi di Dunia
Di sisi lain, Kelompok Lingkungan Greenpeace mengatakan korban tewas Chernobyl bisa saja mencapai 90.000, bahkan lebih tinggi lagi karena adanya kontaminasi radiasi berbahaya.
Korban yang terpapar radiasi saat reaktor di Chernobyl meledak, diyakini telah menerima radiasi rata-rata 45 rem. Jumlah itu sama dengan radiasi yang diterima mereka yang selamat dari ledakan bom atom di Hirosima pada 1945.
Diketahui bahwa 45 rem tak cukup untuk menyebabkan penyakit radiasi. Namun, yang bisa mengakibatkan penyakit radiasi adalah sekitar 200 rem.
Baca juga: 20 Maskapai Terbaik Dunia Versi World Airline Awards, Ada Garuda Indonesia
Meskipun begitu dengan kadar radiasi sebesar 45 rem, risiko seseorang terkena kanker bisa meningkat sebesar dua persen.
Sejak ledakan dan dilakukan evakuasi besar-besaran, zona eksklusi selalu ada dan tidak boleh ditinggali manusia. Namun, tetap saja masih ada penduduk yang kembali tinggal di kawasan radiasi secara ilegal.
Bahkan setelah ribuan orang dievakuasi, beberapa penduduk tidak pernah pergi dan tetap beraktivitas di tempat tersebut.
Baca juga: Ini Paspor Paling Langka di Dunia yang Tak Bisa Dibeli dengan Uang
Ada sekitar 130 hingga 150 orang yang masih tinggal di daerah tersebut dan banyak dari mereka adalah perempuan yang menggantungkan hidupnya dengan bertani di tanah leluhur.
Usia mereka rata-rata 70-an hingga 80-an. Pendatang juga banyak yang berdatangan dan tinggal di luar zona eksklusi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.