"Ini bisa dikolaborasikan dengan baik, sehingga pariwisata bisa tumbuh kembang merata di seluruh potensi yang ada. Sehingga aspek ekonomi bisa berkembang secara merata," kata Heri.
Baca juga: 4 Tips Berburu Indahnya Matahari Terbit di Gunung Ireng, Gunungkidul
Panewu Patuk Martono Imam Santoso menambahkan upaya memperkenalkan kawasan wisata di sisi utara khususnya Patuk terus dilakukan agar wisatawan tidak hanya terpusat di kawasan Pantai.
"Kita berupaya agar wisatawan tidak hanya ke Pantai, bisa ke Patuk dengan beberapa destinasi wisata alam yang sangat bagus," kata dia.
Lurah Pengkol Sugit mengatakan, nama sebelumnya adalah Gunung Butak karena di lokasi tersebut tidak ada tumbuhan yang bisa tumbuh.
Lalu pada tahun 2010 warga mulai membersihkan sekitar gunung api purba yang menurut penelitian lebih tua dibandingkan Gunung Api Purba Nglanggeran.
"Baru tepatnya 19 Desember 2013, mengeluarkan buku sejarah gunung ireng yang berisi mitos dan seharahnya," kata Sugit.
Gunung Ireng juga dibuka untuk wisata dengan tawaran sunrise, foto bintang pada malam hari, hingga camping ground.
"Saat musim pernikahan, hampir setiap hari ada orang foto prewedding," kata dia.
Baca juga: Pesona Keindahan “Sunrise” di Gunung Ireng, Gunungkidul
Tak hanya itu, 32 lapak yang berdiri menawarkan makanan tradisional pun diberi nama batuan yang ada di Gunung Ireng, agar wisatawan bisa diedukasi.
"Makanan yang dijual tidak boleh sama meski bahan dasarnya sama misal ketela. Tidak boleh pakai plastik. Namun sejak pandem,i belum mulai lagi," kata dia.
Sugit mengatakan, harga tiket masuk hanya Rp 5.000 per orang mampu menyedot kunjungan wisatawan ke kawasan Gunung Ireng.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.