Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Idul Fitri di Thailand hingga Skotlandia, Sulit Cari Menu Khas Lebaran

Kompas.com - 04/05/2022, 17:04 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak perbedaan dirasakan Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di luar negeri, terutama ketika menjalani Ramadhan dan Idul Fitri.

Sajian menu khas lebaran menjadi salah satu hal yang rindukan dari lebaran di tanah air.

Baca juga: Cerita Shalat Idul Fitri WNI di 5 Negara, Rindu Malam Takbiran

Muhammad Dhiya Ulhaq, misalnya, pelajar S2 yang tengah menempuh pendidikan di University of Glasgow.

Pada Hari Raya Idul Fitri, tak semua menu lebaran dapat disajikan. Rendang, misalnya, menjadi menu yang "mahal".

Apalagi, rendang perlu dimasak selama berjam-jam, sedangkan harga gas di sana naik 75 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

"Bahan untuk memasak itu tidak murah. Satu batang serai harus Rp 30.000-an, jadi (pakai) bumbu dan rempah harus dipikir. Kalau bikin rendang kan ada berapa belas bumbu dan rempah, santan juga. Dimasak berjam-jam dengan api kecil."

"Di sini gas naik 75 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Jadi masak rendang berjam-jam bukan hanya bumbunya, serainya saja Rp 30.000, kelapa parut mahal banget," ucap Ulhaq dalam live streaming di YouTube Kompas.com, Selasa (03/05/2022).

ilustrasi opor ayam. SHUTTERSTOCK/Nur El Imany ilustrasi opor ayam.

Namun, untuk mengobati kerinduan, Ulhaq bersama rekan-rekan komunitas muslim menyajikan menu khas lebaran lainnya, yakni sambal goreng kentang dan opor ayam.

"Ayam opor kan pakai santan, santan kan kari, orang-orang India, Pakistan, Bangladesh, Timur Tengah (mayoritas muslim di Glasgow) kan juga makan kari-karian. Jadi harga lumayan murah," ujarnya.

Baca juga: Cerita WNI Berpuasa di Kota Torun Polandia, Durasi Puasa hingga 18 Jam

Sulit cari ketupat

Ketupat untuk sajian Lebaran ala Foodplace. KOMPAS.com/MAULANA MAHARDHIKA Ketupat untuk sajian Lebaran ala Foodplace.

Ketupat menjadi menu khas lebaran lainnya yang tak pernah absen disajikan, ketika kita menjalani Idul Fitri di tanah air.

Namun, bagi WNI yang tinggal di luar negeri, ketupat adalah makanan yang terasa langka. Bahkan, ketika hendak membuatnya sendiri.

Baca juga: Cerita Puasa di Hsinchu Taiwan, Ada Komunitas Muslim Kecil yang Solid

Tezar Aditya Rahman, mahasiswa S2 Jurnalistik di Selcuk University, Konya, Turki mengatakan, daun kelapa untuk membuat ketupat sangat sulit ditemukan. Sehingga, ia dan rekan-rekannya kerap mencari alternatif.

"Gimana caranya kami bikin alternatifnya, bikin ketupat tanpa harus ada daun kelapa. Jadi pakai daun plastik atau kalau ada yang pulang ke Indonesia titip daun kelapa, daun pisang. Jadi diakalin agar kerinduan terobati," ucapnya.

 

Ilustrasi ketupat. Asal-usul ketupat hidangan atau makanan khas Lebaran Idul Fitri masyarakat Indonesia. Ketupat Lebaran biasa disajikan bersama opor ayam atau rendang.SHUTTERSTOCK/Ika Rahma H Ilustrasi ketupat. Asal-usul ketupat hidangan atau makanan khas Lebaran Idul Fitri masyarakat Indonesia. Ketupat Lebaran biasa disajikan bersama opor ayam atau rendang.

Sementara Yulia Fatimah, WNI yang tengah bekerja di Australia, mengatakan ia dan teman-temannya membuat menu khas lebaran sendiri.

Hanya saja, bahan-bahan yang digunakan menyesuaikan ketersediaan di sana.

Baca juga: Pengalaman Puasa di London, Ada Bukber di Lokasi Ikonik

Untuk membuat ketupat, misalnya, ia membeli ketupat instan di toko bahan makanan Indonesia.

"Sehari sebelum lebaran kami ke toko Indonesia. Di sana kan ada ketupat instan yang direbus doang. Di sana beli, bikin sendiri ala kadarnya," kata Yulia.

Sementara itu, Dzerlina Syanaiscara yang tinggal di Songkhla, Thailand merasakan tinggal di daerah dengan mayoritas muslim.

Bahkan, cukup terasa, apalagi Pemerintah Thailand memberikan libur resmi untuk lima provinsi di selatan, termasuk Songkhla.

"Di Songkhla istimewanya, kita kan tahunya Thailand mostly Buddhist. Jadi, ada 10 persen warga Thailand itu muslim dan 90 persennya di selatan, termasuk di area Songkhla."

"Jadi banyak pemukiman muslim di sini, banyak makanan halal," ucapnya.

Baca juga: Cerita Ramadhan dari Belanda, Puasa yang Panjang dan Rindu Berburu Takjil

Kendati demikian, ia dan teman-teman WNI malah kesulitan mencari makanan karena banyak penjual yang pulang ke kampung halaman saat Hari Raya Idul Fitri.

Sehingga, suasana sekitar pun menjadi sepi.

"Lebaran gini penjualnya juga pada mudik jadi kami juga pusing cari makanannya gimana. Makanan Thailand banyak, tapi kalau mau khas lebaran, rendang gitu enggak ada. Masak rendang sendiri," kata Dzerlina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com