Melintasi jalan selebar empat meter, berselang-seling antara jalur beton rapi dan aspal berlubang, deretan lokasi wisata akan gampang saja dijumpai. Di antaranya ada Embun Merbabu, Latar Merbabu, Merbabu View & Cafe, Merbabu Sae, Merbabu Park, Bukit Harapan Cuntel, Pinus Cuntel, dan Awan Putih.
"Sejak tahun lalu, camping dan glamping jadi tren," ujar Joko.
Pilihan untuk dua tren itu berserak di lereng utara Merbabu. Sudah jauh-jauh hari, kawasan ini telah menjadi lokasi berkemah bahkan kegiatan live in siswa dari sekolah-sekolah tertentu di Kota Salatiga. Sebut saja pilihannya antara lain Awan Putih, Pinus Cuntel, dan Bukit Harapan Cuntel.
Untuk menyaksikan pesona semesta dari ketinggian lereng Merbabu, bila tak mau keluar biaya pun ada gardu pandang Kopeng. Bahkan, berpose dengan motor diparkir di tengah lajur jalan yang diapit kebun-kebun sayuran warga berlatar Gunung Merbabu sudah bisa menjadi lokasi untuk foto-foto instragamable.
Adapun jika hendak menikmati pesona semesta berteman kopi, Merbabu View & Cafe bisa jadi salah satu pilihan relatif paling anyar saat ini. Tersedia lokasi-lokasi untuk berfoto dengan rancangan menempatkan puncak empat gunung di kejauhan sebagai latar. Memotret punggung Gunung Merbabu dari sini juga ciamik.
Butuh tempat menginap selain tenda, kawasan ini menyediakan ragam pilihan dari losmen sampai kabin yang memang disewakan. Ingin berenang, ada kolam renang di Taman Wisata Kopeng, selain di air terjun Umbul Songo di dalam Taman Nasional Gunung Merbabu.
Kuliner? Apa pun makanannya, pilihannya hanya dua, yaitu enak dan enak banget. Sudah begitu, terutama buat orang kota, murah harganya.
Wisata Cuntel boleh dibilang merupakan secercah berkah tak terduga dari pandemi. Meski alamnya tak berubah, penggarapan serius kawasan ini untuk menjadi objek wisata beririsan waktu dengan pandemi.
Sebelumnya, Kopeng memang sudah menjadi kawasan wisata. Berdasarkan penelusuran arsip Kompas, kawasan ini mulai digagas menjadi lokasi wisata sejak 1979. Pengerjaannya sebagai penyangga wisata dimulai pada 1980.
Namun, seperti kata Joko, Kopeng lebih dirasa sebagai tempat mampir semata pada waktu-waktu lalu.
Lokasinya yang menjadi jalur alternatif menuju Yogyakarta lewat Magelang, adalah salah satu sebab. Selebihnya, Kopeng termasuk Cuntel cenderung diakrabi oleh para pendaki, penikmat wisata luar ruangan, warga lokal, serta bakul sayur dan kembang saja.
Cuntel masih punya banyak cerita dan sisi lain. Tak dapat dimungkiri, Cuntel tetaplah bagian dari Gunung Merbabu, salah satu gunung api aktif yang lama tidur nyenyak.
Tak hanya itu, Gunung Merbabu pun masih menyimpan misteri. Salah satunya terkait naskah kuno yang dikenal sebagai Naskah Merapi Merbabu.
Naskah Merapi Merbabu masih teramat minim diteliti apalagi terpublikasi. Naskah ini diyakini merupakan mata rantai yang hilang sekaligus penting dari sejarah Jawa.
Pun, di punggung utara gunung yang secara administratif masuk wilayah Kabupaten Semarang, Kabupaten Magelang, dan Kabupaten Boyolali ini ada desa-desa yang mayoritas warganya beragama Buddha, ketika jejak Hindu tinggal berupa artefak.
Baca juga: Tradisi Waisak di Ngroto Sumogawe: Dari Sungkeman, Kenduren, sampai Lebaran Waisak
Kisah Cuntel, Kopeng, dan lereng Gunung Merbabu belumlah tamat di tulisan ini.
Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.